BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Dalam
menafsirkan Alqur’an, sedikit banyak
seseorang tidak bisa lepas dari subjektifitas yang selalu menyertai
pemikirannya.Oleh karena itu dari dulu sampai sekarang dan sampai kapan pun
tidak ada orang yang bisa menafsirkan Alqur’an kecuali yang diberi kepercayaan
oleh Allah SWT. Untuk menerima Alqur’an pertama kali yaitu Rasulullah saw.
Dewasa
ini tidak sedikit orang yang telah berusaha untuk melakukan pembaharuan dalam
penafsiran Alqur’an, meskipun dengan cara menyimpangkan al Quran dari maknanya
yang benar.Dalam hal ini mereka bukan hanya tidak sesuai dengan bahasa al
Qur’an tetapi juga tidak sesuai dengan kaidah – kaidahumum dalam agama.
Di
antara orang atau kelompok yang talah melakukan pembaharuan penafsiran itu
adalah para pembaharu Islam. Salah satu pembaharu Islam yang talah melakukan
penyimpangan dalam menafsirkan al Quran adalah Ahmadiyah, suatu aliran baru
Islam yang talah didirikan oleh Mirza Ghulam. Ajaran aliran Ahmadiyah ini telah
menyebar luas ke berbagai daerah terutama di daerah Asia.Melihat dari
ajarannya, kebanyakan umat Islam berpendapat bahwa Ahmadiyah ini merupakan
aliran Islam yang sesat karena ajarannya telah bertentangan dengan hal yang
prinsipil dalam Islam yakni tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir.
B. Rumusan Masalah
Untuk
mempermudah pembahasan mengenai Ahmadiyah dan penyimpangannya, maka di dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa rumusan
masalah sebagaimana berikut:
1.
Apa yang
dimaksud Ahmmadiyah ?
2.
Ada berpakah
aliran Ahmadiyah dan penyimpangannya?
3.
Bagimana Pendapat
para Ulama tentang aliran Ahmadiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aliran
Ahmadiya
Ahmadiyah
merupakan suatu organisasi Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad
dari Qodian,Punjab (Pakistan) yang hidup pada tahun 1839.Pada tahun 1880,
tatkala berumur 40 tahun, ia menyatakan dirinya sebagai mujadin (reformer) abad
14 Hijriyah,juga sebagai al Masih (penyelamat) yang dijanjikan sebagai
realisasi dari hadis nabi yang artinya:”Sesungguhnya
Allah akan mengutus bagi Umat ini
(Islam), pada ujung setiap seratus tahun (abad) seorang pembaharu agamanya (hadis
Abu Daud) .fahamnya berbeda dengan
Ahlu Sunnah antara lain:Bahwa Nabi Isa tidak wafat karena disalib atau dibunuh
, tetapi setelah sembuh dari luka bekas penganiyaan musuh-musuhnya, pergi ke
Kashmir, dan di sanalah ia meninggal dan dikubur di Yusasa, Srinagar dekat
Kashmir. Orang yang telah meninggal tidak mungkin hidup kembali termasuk Nabi
Isa. Jemaat Ahmadiyah didirikan karena di sana diperlukan adanya jemaat
muslimin yang mempunyai program yang teratur dan dapat dilaksanakan dalam hubungannya dengan dakwah Islamiyah.[1]
B. Macam-macam
Aliran Ahmadiyah dan Penyimpangannya
Setelah
Mirza Ahmad Ghulam meninggal, maka pada tahun 1914 jemaat Ahmadiyah pecah
menjadi dua,yaitu: Ahmadiyah Qodian dan Ahmadiyah Lahore.
a.
Ahmadiyah
qodian
khalifah yang pertama
adalah Maulavi Hakim Nuruddin (1841-1914) dan Khalifah II Mirza Bashiruddin
Ahmad (Lahir 1806-1889), putra Mirza Ghulam Ahmad.Aliran ini mengakui Mirza
Ghulam Ahmad bukan saja sebagai incanatie (inkarnasi) Isa Almasih tetapi juga
sebagai nabi karena Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad menafsirkan ayat 40 surat Al
Ahzab, dengan Tuhan memberi kesempurnaan-kesempurnaan , bagian yang baik kepada
Nabi Muhammad SAW bukannya sebagai nabi penutup seperti yang dianut golongan Ahlu Sunnah .Lengkapnya terjemahan
ayat tersebut adalah:”Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu (QS.Al Ahzab:40).
Aliran ini juga berpendapat bahwa tak ada seorangpun baik mukmin atau kafir mendapat
siksa abadi di dalam neraka, sebagai mana firman Allah, yang artinya:”Dan
RahmatKu meliputi segala sesuatu.(Al A’raf: 156).Dan firman Allah yang
artinya:”Maka masuklah jamaah
hamba-hambaKu ke dalam syurgaKu”(Al
Fajr :29-30).Pusat jemaat Ahmadiyah adalah di Rabuah, Pakistan Barat, dan telah
tersebar ke seluruh dunia, terutama di kota-kota besar Amerika Serikat, Amerika
Latin,Afrika, Asia dan Australia. Di Indonesia disebarkan oleh Rahmat Ali,
dengan mendirikan Jemaat Ahmadiyah
Indonesia yang berpusat di Jakarta. Orang Islam yang tidak berbai’at dengan Ahmadiyah Qodian dipandang kafir dan
keluar dari umat Islam.[2]
b.
Ahmadiyah
Lahore
Tokohnya adalah Kwajah
Kamaluddin dan Maulana Muhammad Ali,M.A.LIB
mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai mujaddin (pembaharu)
abad ke-14 Hijriyah dan bukannya nabi.Karenanya tidak ada perbedaan yang
prinsipil dengan golongan Ahlu Sunnah, cita-citanya melayani dan berbakti kepada Islam, kesatuan
Islam , membela dan menyiarkan Islam dengan beberapa tugas, di antaranya:
1.
Menetapkan
utusan Islam, muballigh.
2.
Mempersiapkan utusan-utusan Islam,
3.
Merterjemahkan Alqur’an suci ke dalam berbagai
bahasa.
4.
Menyiarkan lektur Islam secara luas. Kelompok
ini juga mempunyai cabang di seluruh dunia. Untuk Indonesia disiarkan oleh
Mirza Wali Ahmad Beig yang mendirikan gerakan Ahmadiyah Lahore disingkat GAL
yang berpusat di Yogyakarta dan didirikan pada 10 Desember 1928 dengan wadah hukum
4 April 1930, NO.IX .1930. Dahulu namanya De Ahamadiyah Beweging Indonesia
(Gerakan Ahmadiyah Indonesia).Tokoh-tokohnya di Indonesia antara lain:
Joyosugito, Bupati Woronokusumo, Sudewo yang telah menterjemahkan Alqur’an ke
dalam bahasa Belanda di Heilige Qoeran (Alqur’an yang suci).Mereka aktif dalam
kegiatan pendidikan , mendirikan P.I.R.I (Perguruan Islam Republik Indonesia)
dan menyelenggarakan sekolah-sekolah dalam berbagai jenis dan
tingkat.Kitab-kitab Ahmadiyah, : Kitabul Bariyah, Siiraul Mahdi, Baqiqotul
Wahyi, Fathul Islam, Haqiqotu Nabawiyyah, Kasyiful Ikhtilaaf, Nujuulul Masii
dan lain-lain.[3]
C. Pendapat Para
Ulama tentang Ahmadiyah
Pada
dasarnya Ahmadiyah tidak pernah menyimpang dari akidah mainstream. Selama ini yang
menjadi pangkal keyakinan Ahmadiyah adalah datangnya nabi Isa as. kedua kali
yamg sama-sama diyakini oleh mainstream ahlus-sunnah. Perbedaannya adalah hanya
pada masalah pemahaman mengenai person
dan waktu. Siapa dan kapan.
Berikut
ini ada beberapa kutipan pendapat yang dirangkum dari berbagai sumber tentang
akidah kedatangan kembali nabi Isa as kedua kalinya.
1.
Pendapat NU yang
termaktub dalam Muktamar ke III di Surabaya tanggal 28 September 1928.
“
Kita wajib meyakini Isa bin Maryam as. akan datang di akhir zaman nanti sebagai
nabi/rasul yang melaksanakan Syariat nabi Muhammad saw. hal itu tidak berarti
menghalangi nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir (pembawa Syariat) sebab
nabi Isa bin Maryam as. hanya akan melaksanakan Syariat Nabi Muhammad saw.
(Ahkamul Fuqaha).
Kemudian ada disebutkan juga bahwa Mahzab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku).
Kemudian ada disebutkan juga bahwa Mahzab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku).
Al-Qurtubi,
Mufassir terkemuka, juga mempunyai pendapat yang mirip dengan NU memberikan
rumusan: “bahwa yang benar (al-shahih) adalah, sebenarnya Allah mengangkat Nabi
Isa ke langit tanpa diwafatkan terlebih dahulu dan bukan dalam keadaan tidur.
Kelak, Ia akan benar-benar diturunkan ke bumi.
2.
Pendapat
Ayahanda Hamka Dr. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul)
“….yaitu bahwasanya Isa al Masih yang akan datang itu tidaklah diketahui oleh seorang juga, apakah hakikatnya….Dan siapakah dia? Dan kapankah? Dimanakah? Maka iman dengan dia itu ialah wajib, sedang mengetahui hakikatnya itu wajib pula diserahkan kepada Allah Taala saja….”dst…. (Al-Qaulush Shahih, halaman 134).
“….yaitu bahwasanya Isa al Masih yang akan datang itu tidaklah diketahui oleh seorang juga, apakah hakikatnya….Dan siapakah dia? Dan kapankah? Dimanakah? Maka iman dengan dia itu ialah wajib, sedang mengetahui hakikatnya itu wajib pula diserahkan kepada Allah Taala saja….”dst…. (Al-Qaulush Shahih, halaman 134).
3.
Pendapat Prof.
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)1956, “Peladjaran Agama Islam,” Penerbit
“Bulan-Bintang,” Djakarta. “Ulama tafsirpun berbincang hebat tentang turunnya
Nabi Isa. Lebih-lebih telah tersebut pula dalam satu hadis, bahwa “Mahdi itu
tidak lain adalah Isa.” Mereka perbincangkan
apakah Isa itu masih hidup, lalu diangkat Tuhan ke langit, ataukah dia telah meninggal dunia sebagaimana kebanyakan”
apakah Isa itu masih hidup, lalu diangkat Tuhan ke langit, ataukah dia telah meninggal dunia sebagaimana kebanyakan”
“ Orang yang
memegang kepercayaan bahwa Nabi Isa belum mati, dan hanya menguatkan bahwa Nabi
Isa diangkat ke langit dengan tubuhnya, terpaksa mesti mencari arti yang lain
dari kata “wafat” itu. Tetapi yang berpendapat bahwa Nabi Isa
mati, langsung saja mengartikan ayat itu menurut zahir bunyinya. Mula-mula beliau wafat, setelah itu beliau diangkat ke hadirat Tuhan, sebagaimana setiap insan yang
mulia. Sebab itu ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit, melainkan ke hadirat Tuhan.”
mati, langsung saja mengartikan ayat itu menurut zahir bunyinya. Mula-mula beliau wafat, setelah itu beliau diangkat ke hadirat Tuhan, sebagaimana setiap insan yang
mulia. Sebab itu ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit, melainkan ke hadirat Tuhan.”
“Adapun
dasar kepercayaan kita dengan berpegang kepada ayat yang tertulis di atas tadi
nyatalah bahwa Nabi Isa telah wafat. Nabi Isa telah wafat, dengan berdasarkan
kepada “mutawaffika” tadi. Dan dia telah diangkat ke hadirat
Allah, (wa rafi’uka ilayya), sebagaimana setiap roh yang suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah.”
Allah, (wa rafi’uka ilayya), sebagaimana setiap roh yang suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah.”
Adapun tentang
turunnya kembali beliau ke dunia, sebelum hari kiamat datang, adalah hadis yang
bernama “Al-Uhad.” Tidak termasuk ke dalam hadis yang mutawatir. Maka menurut pertimbangan
ahli-ahli hadis, kalau sekiranya tidak kita
jadikan menjadi pokok kepercayaan, sebagaimana pokok kepercayaan yang enam perkara (rukun iman), tidaklah kita keluar dari Agama Islam.”
jadikan menjadi pokok kepercayaan, sebagaimana pokok kepercayaan yang enam perkara (rukun iman), tidaklah kita keluar dari Agama Islam.”
“Meskipun
demikian tidaklah boleh kita menolak kekuasaan Tuhan. Turunnya Nabi Isa kembali
ke dunia, tidaklah hal yang mustahil, walaupun tulangnya telah hancur. Bukanlah
di dalam Al-Quran ada tersebut cerita burung-burung yang
telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan. Burung itu empat ekor banyaknya. Lalu dihantarkan ke puncak empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim supaya empat burung itu dipanggil kembali. Maka datanglah keempat burung itu, dengan izin Allah!”
telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan. Burung itu empat ekor banyaknya. Lalu dihantarkan ke puncak empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim supaya empat burung itu dipanggil kembali. Maka datanglah keempat burung itu, dengan izin Allah!”
“Dipandang dari
segi kepercayaan ini, datangnya Nabi Isa kembali ke dunia setelah beribu tahun
beliau wafat, hanyalah permulaan saja dari kebangkitan mahluk Tuhan yang lain. Seluruh
insan di hari kemudian akan dibangkitkan. Hanya Isa Al-Masih didahulukan. Hal ini biasa saja bagi Tuhan.”
4.
Pendapat Ulama Kontemporer
Menurut mereka bisa saja Nabi Isa
as. diturunkan ke bumi, tapi turun dengan pengertian “semangat”, “ruh”, bukan
dengan pengertian hakikat; raga dan bentuknya. Maka, era Isa adalah masa
kebangkitan semangat menghidupkan kembali syariat Islam yang telah lama
tercabik-cabik. Dan Dajjal bukanlah makhluk raksasa ’setengah dewa’ yang
sebelah matanya buta, dengan membawa surga dan neraka di genggamannya, yang
menjadi musuh bebuyutan Nabi Isa, tetapi ia tak lebih dari simbol kemungkaran,
ikon kejahatan yang dikalahkan oleh ‘ruh Isa’. Pendekatan hermeneutika seperti
ini dihembuskan oleh Imam al-Razi, Rasyid Ridla, Muhammad Abu Zahrah, Muhammad
Abduh, Alusi, al- Maraghi, serta beberapa pemikir kontemporer lainnya.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan pada bab sebelumnya, maka setidaknya dapat disimpulkan beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Ahmadiyah merupakan suatu organisasi Islam yang
didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad dari Qodian,Punjab (Pakistan) yang hidup pada
tahun 1839.
2.
Ahmadiyah
terbagi menjadi dua aliran, yakni Ahmadiyah qodianiyah dan Ahmadiyah Lahore.
a. Ahmadiyah
Qadianiyah, dengan khalifah I Maulavi Hakim
Nuruddin (1841-1914) dan Khalifah II Mirza Bashiruddin Ahmad (Lahir 1806-1889),
putra Mirza Ghulam Ahmad.Aliran ini mengakui Mirza Ghulam Ahmad bukan saja
sebagai incanatie (inkarnasi) Isa Almasih tetapi juga sebagai nabi karena Mirza
Bashiruddin Mahmud Ahmad menafsirkan ayat 40 surat Al Ahzab, dengan Tuhan
memberi kesempurnaan-kesempurnaan , bagian yang baik kepada Nabi Muhammad SAW
bukannya sebagai nabi penutup seperti yang dianut golongan Ahlu Sunnah.
b. Ahmadiyah
Lahore: Tokohnya adalah Kwajah Kamaluddin dan Maulana
Muhammad Ali,M.A.LIB mengakui bahwa
Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai mujaddin (pembaharu) abad ke-14 Hijriyah dan
bukannya nabi.Karenanya tidak ada perbedaan yang prinsipil dengan golongan Ahlu
Sunnah, cita-citanya melayani dan
berbakti kepada Islam, kesatuan Islam , membela dan menyiarkan Islam dengan
beberapa tugas, di antaranya:
1.
Menetapkan utusan
Islam, muballigh.
2.
Mempersiapkan
utusan-utusan Islam,
3.
Merterjemahkan
Alqur’an suci ke dalam berbagai bahasa.
4.
Menyiarkan
lektur Islam secara luas
B.
Saran
Setelah
mengetahui tentang aliran Ahmadiyah dan isi ajarannya, setidaknya seseorang
bisa mengambil beberapa hikmah, antara lain adalah berhati-hati dalam mengikuti
suatu organisasi keagamaan yang jelas-jelas berkaitan erat dengan keyakinan
yang kadangkala merembet pada keyakinan yang bersifat prinsipil.
sepertinya penulis terjebak pada inkonsistensi pemikiran,seperti pada pernyataannya di pendahuluan dengan menganggap MGA sebagai pembaharu Islam dengan diklaim melakukan kekeliruan penfasiran al-quran, dengan pernyataannya pada awal kutipan pendapat para ulama yakni Pada dasarnya Ahmadiyah tidak pernah menyimpang dari akidah mainstream. Selama ini yang menjadi pangkal keyakinan Ahmadiyah adalah datangnya nabi Isa as. kedua kali yamg sama-sama diyakini oleh mainstream ahlus-sunnah. Perbedaannya adalah hanya pada masalah pemahaman mengenai person dan waktu. Siapa dan kapan.Saya sarankan penulis perlu belajar lagi/melakukan riset pustaka lebih jauh.Trims.Sunardi.Cirebon.Salam
BalasHapus