Breaking News
Loading...
Jumat, 04 Februari 2011

Teknik Pengambilan Sampel

Jumat, Februari 04, 2011

A.    Pengertian Sampel
Sampel ialah bagian dari populasi yang menjadi suatu objek penelitian. Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut dengan “Statistik”.
Terdapat alasan pentingnya pengambilan sampel ialah sebagai berikut :
1.    Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2.    Lebih cepat dan lebih mudah.
3.    Memberikan informasi yang lebih banyak dan dalam.
4.    Dapat ditangani lebih teliti.[1]
Sampel juga sebagian dari populasi, sebab sampel bagian dari populasi dan sampel pasti mempunyai ciri-ciri seperti populasi. Suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi populasinya tergantung pada sejauhmana karakteristik sampel tersebut sama dengan karakteristik populasinya. Sebab analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan kesimpulannya kemudian akan diterapkan pada populasi, sehingga sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Untuk itulah diperlukan pemahaman mengenai teknik pengambilan sampel yang tepat.[2]
Dalam hubungan populasi dan sampel Prof. Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa sampel ialah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian, agar lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti dengan istilah subyek dan objek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tapi meskipun mewakili, sampel bukan merupakan duplikasi dari populasi.[3]
Pada umumnya masalah sampling timbul pada penelitian yang bermaksud sebagai berikut :
Mereduksi obyek penyelidikannya, disebabkan oleh seringkali penyelidikan tidak menyelidiki obyek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa melainkan hanya sebagian saja dari obyek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.[4]
Menginginkan untuk mengadakan generalisasi dari hasil penyelidikannya. Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan terhadap obyek-obyek gejala atau kejadian yang lebih luas dari pada gejala atau kejadian yang diselidiki.[5]
Bagi mahasiswa atau seorang yang baru mempelajari metodologi penelitian ditingkat awal harus menyadari betul bahwa sampel tidak dapat merupakan duplikasi populasi, sebab ia tidak diperbolehkan untuk berpretensi bahwa suatu sampel jika telah ditetapkan dengan cara tertentu pasti sudah menjadi suatu cermin yang sempurna bagi populasi, artinya ia tidak boleh meyakini bahwa sampel tidak mengalami kesesatan meskipun pengambilannya sudah menggunakan metode-metode statistik tertentu.[6]
Adapun pengertian sampel secara garis besar terdapat beberapa pengertian sebagai berikut:[7]
a)    Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Artinya sampel ialah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.[8]
b)   Sampel ialah sebagian individu yang diselidiki
c)    Sampel ialah sebagian dari populasi yang karakteristiknya ingin diselidiki.[9]
Jadi dari beberapa uraian di atas bahwa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi, akan tetapi kesimpulan penelitian mengenal sampel akan digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi akan membawa risika ketidak tepatan, sebab sampel tidak akan mencerminkan keadaan populasi secara tepat. Semakin besar perbedaan sampel dengan populasi maka semakin besar pula kemungkinan kesalahan dalam generalisasinya.[10]
Banyak pertanyaan muncul mengingat hasil penelitian selalu mempertanyakan apakah penggunaan sampel dapat dikatakan mewakili seluruh populasi, padahal sampel hanya sebagian kecil dari keseluruhan populasi. Sebab seseorang yang tidak memahami cara kerja metodologi penelitian dan statistika cenderung tidak percaya. Sebagai akibatnya banyak pengambilan keputusan yang ingin memuaskan ketidak percayaan tersebut dengan mengambil data dari seluruh populasi. [11] Meskipun seluruh populasi diterapkan sebagai responden, maka teknik yang digunakan adalah sensus. Dengan teknik sensus maka akan membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang cukup lama. Sifat sensus yang seperti diatas tidak peraktis untuk pengambilan keputusan yang bersifat terbatas. Perhatikan kasus poling percalonan presiden dengan amerika serikat yang menunjukkan hasil poling pendapatan umum. Rata-rata setiap pengambilan sampel hanya terdiri dari 1000 orang yang respondennya menunjukkan hasil yang sama dengan saat diadakan pemilihan umum (sensus). Kenyataan ini menunjukkan bahwa faliditas sampel yang tepat prosedurnya dapat dipercaya dan hasilnya sama dengan pendapat masyarakat pada umumnya.[12]
Uraian tersebut memperkuat argumen yang diperlukannya sampel dalam penelitian, mengingat seorang peneliti tidak mungkin menanyakan seluruh populasi sebagai responden. Dengan melihat kendala biaya dan waktu penelitian yang tersedia mendorong para peneliti menggunakan pendekatan sampel. Persoalannya ialah bagaimanan merumuskan kebijakansampel yang memenuhi persyaratan agar sampel benar-benar mewakili keseluruhan anggota populasi.[13]
Adapun sampel yang baik harus mengandung dua kreteria yaitu kecermatan (Accuraty) dan ketepatan (Precision). Kedua criteria ini sangatlah penting sebagai pertimbangan pengambilan sampel agar dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan sampel dimaksudkan terhadap sesuatu yang diambil oleh sampel tidak mengandung bias. Maksudnya, sampel tidak akan memberikan reaksi yang terlalu berlebihan ataupun kurang. Jadi sampel dapat mewakili populasi secara wajar. Reaksi yang berlebihan dapat timbul sebab responden mempunyai kepentingan, sehingga memberikan tanggapan yang berlebihan.[14] Sebaiknya populasi yang disampaikan oleh responden menjadi sangat kurang sebab responden takut atau tidak berminat. Kreteria ketepatan mengandung arti sampel yang diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi. Sehingga aspek ketepatan ini mengandung pengukuran standar yang dapat ditoleransi terhadap kemungkinan kesalahan pengambilan sampel.[15]

B.     Penentuan Sampel.
Penentuan sampel sangatlah penting perannya dalam penelitian. Berbagai penentuan sampel pada hakikatnya ialah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representative. Artinya sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.[16]
Terdapat empat factor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yang harus di ambil sehingga dapat di peroleh gambaran yang representatif  dari populasinya. Keempat factor ialah sebagai berikut :[17]
1.    Tingkat keseragaman (Degree Of Homegeneity) dari populasi. Sehingga Homogeny populasi itu makin kecil sampel yang perlu diambil.
2.    Tingkat presisi yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki makin besar anggota sampel yang harus diambil. Semakin besar sampel akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat.
3.    Rencana analisis yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Terkadang besarnya sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan sampel yang lebih besar.
4.    Teknik penentuan sampel yang digunakan. Penentuan ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Apabila teknik yang digunakan tepat atau sesuati maka kerepresentatifan sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan.
Akan tetapi harus diketahui bahwa dalam masalah sampel ada yang disebut : Biased Sample : yaitu sampel yang tidak mewakili populasi, atau disebut juga dengan “Sampel yang nyeleweng” sedang pengambilan sampel yang menghasilkan sampel yang neleweng disebut : [18]Biased Sampling. Biased Sampling ialah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi saja, tapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi. Sebagai contoh misalnya : mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang Indonesia, hanya diambil sampel yang kaya raya saja, ataupun hanya yang miskin saja. Dengan sendirinya akan mengakibatkan adanya kesimpulan yang nyeleweng atau disebut Biased Conclusion. [19]
Terdapat beberapa alasan tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hamper selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal yang sebenarnya mau diteliti. jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Akan tetapi kesimpulan penelitian mengenai sampel akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung risiko yang terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan, sebab sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Semakin tidak sama populasi dengan sampel maka semakin tidak besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi tersebut.[20] Sebab hal itu teknik penentuan sampel menjadi sangat penting perannya dalam sebuah penelitian. Beberapa penentuan penelitian sampel itu pada hakikatnya ialah cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representative, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.[21]
Diantara berbagai penentuan sampel yang dianggap paling baik ialah penentuan sampel secara rambang (Random Sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi computer telah memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara rambang. Dalam penentuan sampel secara rambang semua anggota populasi. Secara individual atau secara kolektif diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara rambang yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah dengan menggunakan table bilang rambang apabila besarnya populasi terbesar, peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara individual. Akan tetapi apabila populasi tersebut sangat besar, sebaiknya peluang rambangnya diberikan terhadap anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan rambang individual.[22]
Meskipun teknik pengambilan sampel secara rambang itu merupakan teknik yang terbaik, tapi tidak selalu dapat dilaksanakan, sebab berbagai alasan. Terkadang orang terpaksa puas dengna sampel rumpun (Cluster Sampel), sebab rumpun-rumpun yang merupakan kelompok individu yang tersedia sebagai unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid sekolah biasanya tidak dapat menggunakan teknik pengambilan sampel secara rambang, melainkan harus secara rumpun. Sehingga mendapatkan peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secara individual, melainkan sekolah (murid secara kelompok).[23]
Sering kali terjadi sampel yang diambil dari rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Hal yang sedemikian disebtu penetuan sampel secara bertingkat (Stratifed Sampling). Apabila dari kelompok yang tersedia diambil sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara rambang, maka teknik tersebut disebut pengambilan sampel secara rambang proporsional (Proportional Random Sampling).[24]
Seperti telah disebutkan tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling representative. Dalam penelitian terhadap sampel ciri represemtativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan halnya dapat didekati secara metodologis melalui parameter-paremeter yang diketahui dan diakui baik secara teoritis meupun secara eksperimental. Terdapat empat parameter yang biasa dianggap menentukan Representativeness suatu sampel, yaitu :[25]
a)    Variable lintas populasi.
b)   Besar sampel.
c)    Teknik penentuan sampel.
d)   Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas populasi dari keempat parameter tersebut merupakan hal yang sudah “Given” yaitu penelitian harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikan halnya penelitian dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf Representativeness sampel.[26]


C.    Teknik Pengambilan Sampel
Pada dasarnya terdapat dua macam teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Random dan Non Random. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat keduanya untuk melaksanakan penelitian sampling, sebagai berikut :[27]
1.    Teknik Random Sampling.
Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara individual atau bekelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab dipandang sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian.[28]
Sampel yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental sampel yang diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan prinsip ilmiah yang baik.
Dalam praktek produser Random sampling meliputi :[29]
a)    Cara undian.
Pengambilan sampel secara undian ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1)      Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek, peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki.
2)      Memberi kode yang berupa angka-angka untuk semua yang akan diselidiki dalam nomor 1.
3)      Menulis kode tersebtu masing-masing pada selembar kertas kecil.
4)      Menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut.
5)      Memasukkan gulungan-gulungan kertas tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis.
6)      Mengocok baik-baik kaleng tersebut.
7)      Mengambil satu persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
b)   Cara ordinal.
Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap, gasal, atau kelipatan tertentu. Langkahnya ialah :[30]Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki lengkap dengan nomor urutnya. Mengambil nomor-nomor tertentu. Misalnya nomor-nomor gasal semua atau genap semua atau nomor-nomor kelipatan.
c)    Cara radomisasi dari table bilangan Random.
Cara ini menentukan para peneliti untuk memilih anggota sampel dengan langkah :
1)   Membuat daftar nomor dan nama subyek.
2)   Membuat table yang berisi nomor-nomor subyek.
3)   Menjatuhkan pencil secara sembarang pada petak-petak tebal yang berisi nomor-nomor sampai diperoleh sebanyak anggota sampai yang dibutuhkan.
2.    Teknik Non Random Sampling.
Teknik Non Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian pendidikan, psikologi, adakalanya menggunakan teknik ini, sebab mempertimbangkan factor tertentu, misalnya umur, tingkat kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lainnya.[31]
a)    Macam-macamnya.
Semua teknik sampling yang tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam jenis teknik sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random sampling ialah :
1)      Proportional sampling.
2)      Stratified sampling.
3)      Purposive sampling
4)      Quota sampling.
5)      Double sampling.
6)      Area probabilitu sampling.
7)      Cluster sampling.
Penjelasannya.
Untuk menjelaskan masing-masing teknik sampling tersebut akan diutarakan berturut-turut sebagai berikut :[32]
a.    Teknik proporsional sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut.
Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada apabila tanpa memperhitungkan besar kecilna sub populasi dan setiap sub populasi.
b.    Teknik Stratifiet Sampling.
Teknik ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat.
Penelitian pendidikan sering menggunakan teknik ini, misalnya apabila meneliti tingkat-tingkat pendidikan tingkat kelas.
Langkah-langkahnya ialah :[33]
1>    Mencatat banyaknya tingkatan yang ada dalam populasi.
2>    Menentukan jumlah tingkatan pada sampel berdasarkan proporsional sampling.
3>    Memilih anggota sampel dari masing-masing tingkatan pada (a) dengan teknik Proporsional atau Proporsional Random Sampling.
c.    Teknik purposive sampling.
Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut era dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.[34]
d.   Teknik Quota Sampling.
Teknik ini menghendaki pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada Quotum (di Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek yang akan diselidiki. Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel.
Ciri pokok dalam quota sampling ialah abahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam populasi sudah tercermin dalam sampel, sebabnya teknik ini kurang disukai.

e.    Teknik double sampling
Teknik doubel sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu sampel yang diperoleh secara angket (terutama angket yang diperoleh melalui pos). Dari cara itulah terdapat angket yang kembali dan tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini berfungsi menceksampling pertama (yang angketnya kembali).[35]
f.     Tektik area probability sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil.[36]
g.    Teknik cluster sampling.
Teknik ini menghendaki adanya kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian tersebut dicerminkan dalam sampel.[37]
Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian seseorang boleh menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam menentukan obyeknya digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area probability – random sampling.

APLIKASI PENGAMBILAN SAMPEL DALAM PENELITIAN
 A.    Pengaplikasian Random Sampling dan Randon Non Sampling.
1.    Contoh Random Sampling Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki lengkap dengan nomor urutnya. Mengambil nomor-nomor tertentu. Misalnya nomor-nomor gasal semua atau genap semua atau nomor-nomor kelipatan.


 














maka yang terpilih sebagai anggota sampel ialah misalnya.
a)    Nomor 1, 3, 5, 7, 9, atau
b)   Nomor 2, 4, 5, 8, atau
c)    Nomor 3, 6, 9
2.    Contoh praktis radomisasi dari table bilangan Random ialah :
a)    Lihat conton b (cara ordinal) dan 1
b)   Membuat table bilangan Random.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
c)    Pensil jatuh pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 nomor-nomor itulah yang dijadikan sampel.
Terbatas dari terbatas atau tidaknya populasi, maka Random sampling dibedakan menjadi Random sampling tak terbatas, yaitu populasinya yang sudah terdaftar secara keseluruhan tanpa pilih-pilih berkesempatan menjadi angota sampel, tanpa menggunakan syarat tertentu. Oleh sebab itu disebut dengan Random sampling tidak bersyarat. Sedangkan yang lain disebut Random sampling terbatas atau Random sampling bersyarat. Yaitu pengambilan sampel yang bukan dari seluruh daerah atau cluster populasi.[1]
3.    Contoh proposal random sampling ialah Penelitian mengambil 50 (lima puluh) anak pandai dan 50 (lima puluh) anak bodoh dengan mendasarkan pada tingkat IQ mereka, maka perbandingan kedua kelompok tersebtu disertai dengan teknik Random, adakalanya tidak. Apabila teknik proporsional sampling disertai Random maka disebut proporsional Random sampling.
4.    Contoh Stratifiet Sampling ialah Penelitian untuk mengetahui prestasi belajar rata-rata suatu SMP, maka sampelnya ialah murid kelas 1 kelas 2 dan kelas 3.
5.    Contoh purposive sampling ialah Penelitian mengenai pendapat masyarakat untuk pengembangan pendidikan luar biasa (PLB) atau yang sekarang juga diberi istilah pendidikan khusus. Mengambil sampel subyek masyarakat tersebut memiliki ciri yang berbeda. Sampel yang diperoleh dengan teknik ini desebut Purposive sampel.[2]
6.    Contoh double sampling Pengambilan sampel pada Cross Validitas sampel pertama menggunakan jumlah anggota yang lebih besar dan pada sampel kedua yang berfungsi sebagai alat control. Sampel yang diperoleh dengan teknik ini disebut kembar (Double sampel).[3]
7.    Contoh area probability sampling ialah Meneliti masyarakat kota solo mengambil sampel daerah pinggiran kota dan daerah tengah kota. Untuk mewakili daerah tengah kota misalnya daerah kelurahan, keprobon, kauman, dan lainnya. Untuk mewakili daerah pinggiran kota misalnya daerah kelurahan, kadipiro, kauman dan lainnya.
8.    Contoh cluster sampling Pengambilan sampel untuk meneliti mesyarakat solo misalnya, maka masyarakat solo dikelompokkan : pegawai, kariawan, pedagang, petani, dan lainnya. Demikian telah dijelaskan macam-macam teknik sampling dari penjelasan singkat tersebut diharapkan peneliti dapat memilih teknik yang sesuai.



[1]Ibid. 115-116
[2]Ibid. 117

[3]Ibid. 117




[1]http://yenselpischa.wordpress.com/
[2]Saifuddin azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offeset, 2004). 77-78
[3]Cholid Narbuko dan Abu Achamad, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Bumi Aksara, 1997). 107

[4]Ibid 107
[5]Ibid. 107
[6]Ibid. 108
[7]Azwar, Penelitian,,,. 77
[8]Ibid. 77
[9]Ibid. 77

[10]Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta, Raka Grafindo Persada, 1996). 84
[11]Ibnu Subiyanto, Metode Penelitian, (Yogyakarta, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Tt). 89
[12]Ibid. 90
[13]Ibid. 90

[14]Ibid. 90
[15]Ibid. 90
[16]Subiyanto, Penelitian,,, . 91
[17]Ibid. 91

[18]Sumadi, Metodologi,,, . 57
[19]Cholid, Metodologi ,,, . 110

[20]Ibid. 110
[21]Ibid. 110
[22]Sumadi, Metodologi,,, . 82

[23]Cholid, Metodologi ,,, . 111
[24]Ibid. 112
[25]Ibid. 112
[26]Ibid. 113

[27]Ibid. 113
[28]Ibid. 114
[29]Ibid. 114

[30]Ibid. 115
[31]Ibid. 116

[32]Ibid. 116
[33]Ibid. 116

[34]Ibid. 116-117
[35]Ibid. 117

[36]Ibid. 117
[37]Ibid. 117

13 komentar:

  1. saya sering berkunjung di blog-blog, postingan ini sangat menarik serta enak dibaca.... saya berharap bisa berkunjung lagi

    BalasHapus
  2. ijin copy,
    makasih banyak :-)

    BalasHapus
  3. mas mau tanya ...
    kalo misalnya kelas vii terdapat 9 kelas
    tetapi yang akan saya teliti dalam pengambilaan sampelnya hanya 3 kelas .. itu termasuk sampel apa??? terimakasih

    BalasHapus
  4. terima kasih banyak.. sangat membantu sebagai referensi tugas saya.. :)

    BalasHapus
  5. Terimaksih banyak sangat membantu proposalq

    BalasHapus

 
Toggle Footer