Breaking News
Loading...
Rabu, 16 November 2011

IMAN TUKANG SIHIR FIR’AUN

Rabu, November 16, 2011

IMAN TUKANG SIHIR FIR’AUN
Oleh: Ibrahim Muchlis S. Th. I
A.   Pendahuluan
Berbicara tentang tukang sihir fir’aun tentu tidak bisa lepas dari rangkaian kisah panjang antara Nabi Musa as dengan penguasa Mesir ketika itu, yaitu Fir’aun. Kisah Nabi Musa as sering diulang dalam al-Qur’an antara lain karena pada masa penurunan al-Qur’an, Nabi Muahmmad Saw beserta para sahabatnya berhadapan dengan Bani Isra’il, khususnya orang-orang Yahudi yang sangat mengagumi Nabi Musa as tetapi dalam saat yang sama sangat memusuhi Nabi Muhammad Saw.[1]
 Bermula dari panggilan dakwah, yaitu perintah Allah kepada Nabi Musa as untuk memberi peringatan kepada Fir’aun (QS. Al-A’ra>f : 103; QS. Taha : 24; QS al-Shu’ara>’ : 10-11) . Maka Allah Swt memberinya bekal mukjizat  diantaranya adalah berubahnya tongkat Nabi Musa menjadi Ular yang sangat besar. Di samping itu tangan Nabi Musa terlihat putih cemerlang bagaikan sinar matahari yang menyilaukan mata tanpa cacat (QS T{a>ha> : 19-23 ; QS al-Shua’ara>’: 30-32}. Akan tetapi Fir’aun tetap pada kesombongannya dan mendustakan Nabi Musa as. Allah Swt berfirman yang menceritakan sikap Fir’aun ini :
ôs)s9ur çm»oY÷ƒur& $uZÏF»tƒ#uä $yg¯=ä. z>¤s3sù 4n1r&ur ÇÎÏÈ
56.  Dan Sesungguhnya kami Telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan kami semuanya Maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran). (QS Taha : 56)


Bahkan Fir’aun menuduh bahwa mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa as adalah sihir dan bermaksud mengusirnya dari negeri Mesir. Ia pun menantang Nabi Musa dengan cara mengumpulkan para penyihir ulung di hadapan orang banyak dan di tempat terbuka. Hal ini diceritakan oleh Allah Swt  di beberapa tempat dalam al-Qur’an di antaranya :QS Taha 57- 60 ,

قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى 57

فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى 58

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى 59

فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى 60

 Artinya :Berkata Firaun: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa? (57) Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)". (58) Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik". (59) Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (60) "Thaha 20. 57;60"
Ternyata berbeda dengan Fir’aun yang tetap keras kepala dengan kesombongannya yang tidak mau mengikuti ajakan Nabi Musa setelah terbukti adanya mukjizat dari Allah Swt. Para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Fir’aun ini justru melakukan tindakan yang membuatnya marah sehingga ia mengancam untuk menyalib mereka.
Makalah ini akan berusaha memahami perubahan sikap para tukang sihir Fir’aun tersebut terutama yang berkaitan dengan keimanan mereka  kepada Nabi Musa as.

B.   Ayat-ayat yang berkaitan dengan Tema
Setelah melakukan penulusuran ayat, penulis mendapatkan beberapa ayat yang berkaitan dengan tema di atas. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam al-Qur’an Surah Al-A’ra>f (7) : 120-122; 125-126, QS. T{a>ha> (20) : 70 dan 73, QS. Al-Shu’ara>’ : 46-48 ; 50-51.
Semua ayat yang berbicara tentang kisah Nabi Musa, Fir’aun dan tukang sihirnya tergolong kelompok surah Makiyyah, yaitu surah yang Turun periode Mekkah. Hal ini sesuai dengan ciri umum yang melekat pada surah-surah Makiyyah yang di antaranya menyebutkan cerita-cerita Rasul dan hal ihwal umat terdahulu. Isi dari cerita tersebut menggambarkan adanya penghancuran terhadap umat yang mendustakan Rasul-Nya dan menentang perintah-perintah Tuhannya. Dan adanya pertolongan Allah kepada siapa pun yang membenarkan Rasul-Nya, menepati  batasan-batasan hukum Tuhannya, serta mengamalkan syari’at-Nya.

Ayat-ayat yang sudah terkumpul, kemudian penulis urutkan berdasarkan  riwayat dari Ibn Abbas[2] dan juga mengacu pada kitab al-Tafsi>r al-H{adi>th yang ditulis oleh  M. Izzah Darwazah.

Secara terperinci ayat-ayat yang membahas tentang keimanan tukang sihir fir’aun sesuai dengan urutan turunnya adalah sebagai berikut :

Al-Qur’an Surah al-A’ra>f :[3]
uÅ+ø9é&ur äotys¡¡9$# tûïÏÉf»y ÇÊËÉÈ (#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊËÊÈ Éb>u 4ÓyqãB tbr㍻ydur ÇÊËËÈ
120.  Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud
121.  Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta Alam,
122.  "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".

(#þqä9$s% !$¯RÎ) 4n<Î) $oYÎn/u tbqç7Î=s)ZãB ÇÊËÎÈ $tBur ãNÉ)Zs? !$¨ZÏB HwÎ) ïcr& $¨ZtB#uä ÏM»tƒ$t«Î/ $uZÎn/u $£Js9 $uZø?uä!%y` 4 !$uZ­/u ùø̍øùr& $oYøn=tã #ZŽö9|¹ $uZ©ùuqs?ur tûüÏJÎ=ó¡ãB ÇÊËÏÈ
125.  Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.
126.     Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan Karena kami Telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)".

Al-Qur’an Surah T{a>ha> :[4]

uÅ+ø9é'sù äotys¡¡9$# #Y¯gàž (#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tbr㍻yd 4ÓyqãBur ÇÐÉÈ
70.  Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami Telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".

!$¯RÎ) $¨ZtB#uä $uZÎn/tÎ/ tÏÿøóuÏ9 $uZs9 $uZ»u»sÜyz !$tBur $oYtG÷dtø.r& Ïmøn=tã z`ÏB ̍ósÅb¡9$# 3 ª!$#ur ׎öyz #s+ö/r&ur ÇÐÌÈ
73.  Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Tuhan kami, agar dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang Telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".



Al-Qur’an Surah al-Shu’ara>’ :[5]
uÅ+ø9é'sù äotys¡¡9$# tûïÏÉf»y ÇÍÏÈ (#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÍÐÈ Éb>u 4ÓyqãB tbr㍻ydur ÇÍÑÈ
46.  Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah),
47.  Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta Alam,
48.  (yaitu) Tuhan Musa dan Harun".
(#qä9$s% Ÿw uŽö|Ê ( !$¯RÎ) 4n<Î) $uZÎn/u tbqç7Î=s)ZãB ÇÎÉÈ $¯RÎ) ßìyJôÜtR br& tÏÿøótƒ $uZs9 $oYš/u !$uZ»u»sÜyz br& !$¨Yä. tA¨rr& tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÎÊÈ
50.  Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan (bagi kami); Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,
51.  Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, Karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".

C.   Munasabah ayat
1. QS al-A’ra>f : 120-122
Pada ayat sebelumnya yaitu QS al-A’raf : 117-119 Allah mewahyukan kepada Nabi Musa agar melempar tongkatnya. Maka nyatalah yang haq dan lenyaplah kebatilan yang diakukan oleh tukang sihir itu. Mereka kalah dan mersa hina.
Pada ayat ini, atas dasar pengetahuannya tentang sihir, para tukang sihir itu pun kemudian beriman dengan bersujud kepada Allah Swt. Tuhannya Nabi Musa dan Nabi Harun yang baru saja mereka tantang dengan kemampuan menyihir mereka.
Berikutnya, ayat sesudahnya menceritakan tuduhan Fir’aun yang tanpa bukti dengan   mengecam dan menuduh para tukang sihir itu telah melakukan makar, bersengkongkol dengan Nabi Musa hendak mengusirnya dari negeri Mesir.

2.  QS al-A’raf : 125-126
Sebelum ayat ini, disebutkan ancaman Fir’aun yang akan memotong tangan dan kaki para tukang sihir itu secara menyilang. Maka pada ayat ini para tukang sihir itu tetap memgang teguh prinsipnya seraya memohon kepada Allah Swt agar diberi kesabaran dalam rangka menghadapi ancaman Fir’aun itu.

3. QS. T{a<ha< : 70
Ayat sebelumnya berisi tentang perintah Allah Swt kepada nabi Musa agar melempar tongkatnya. Dan motivasi dari Allah kepada beliau bahwa beliau pasti mendaptkan kemenangan meski berhadapan dengan para tuakng sihir yang ahli di bidangnya.
Terbukti, ayat ini menunjukkan pengakuan kekalahan para tukang sihir Fir’aun dan dibuktikan dengan sujud disertai dengan pengakuan keimanan kepada Tuahnnya Nabi Musa dan Nabi Harun yaitu Allah Swt.
Sementara itu, ayat sesduahnya menggambarkan kemarahan Fir’aun terhadap perilaku para tukang sihirnya (karena beriman kepada Nabi Musa) dan ancaman untuk menyiksa tukang sihirnya itu.
4.  QS. T{a>ha> : 73
 Pada ayat ini para tukang sihir Fir’aun menjelaskan alasan perubahan sikap mereka yaitu agar kesalahan-kesalahan mereka diampuni oleh Allah Swt. Mereka juga meyakini bahwa balasan Allah bagi yang taat kepada-Nya lebih baik dan lebih kekal dibandingkan siksa Fir’aun diancamkan kepada mereka di dunia ini.
Ayat 72 sebelum ayat ini, menegaskan bahwa meskipun diancam  para tukang sihir itu tetap komitmen dalam keimanannya. Bahkan mereka menantang Fir’aun agar melakasankan ancamannya. Maka ayat ini menjelaskan di antara alasan mereka tetap istiqomah dalam pendiriannya itu.
Adapun ayat sesudahnya berkenaan dengan lanjutan tentang alasan sikap mereka yaitu kalau saja mereka tetap kekufurannya sampai ajal menjemput mereka maka akan dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka Jahannam. Hal ini tentu jauh lebih pedih dan sakit daripada  encaman penyaliban yang dismapaikan oleh Fir’aun

5. QS. Al-Shu’ara>’ : 46-48
Ayat ini menceritakan perubahan drastis sikap para tukang sihir Fir’aun yang berubah menjadi beriman kepada Allah Swt, Tuhannya Nabi Musa dan NAbi Harun serta Tuhan sekalian alam  termasuk Tuhannya Fir’aun yang selama ini mengaku sebgai tuhan. Hal ini berkaitan dengan ayat sebelumnya yang menceritakan tentang Nabi Musa yang diperintahkan oleh Allah untuk melempar tongkatnya. Melihat mukjizat yang sedemikian besar maka tukang sihir itu beruabah sikap sebagaimana yang tergambar dalam ayat 46-48 ini.

Adapun ayat sesudahnya menceritakan kecaman Fir’aun terhadap para tukang sihir tersebut bahkan menuduh mereka bersekongkol dengan Nabi Musa dengan menyebut Nabi Musa sebagai Pemimpin mereka. Lebih dari itu, Fir’aun pun  mengancam akan menghukum mereka

6.  QS.Al-Shu’ara>’ : 50-51

Pada ayat 49 disebutkan ancaman Fir’aun yang mengerikan yaitu akan memotong tangan dan kaki para tukang sihir itu secara bersilang. Setelah itu, Fir’aun juga mengancam akan menyalib mereka.

Maka pada ayat ini dengan penuh kemantapan hati menunjukkan keimanan mereka yang tidak kenal gentar dalam menghadapi Fir’aun. Mereka meyaini kalau pun ancaman itu jadi dilaksanakan mereka tetap akan kemabali kepada Allah Swt. Hanya ampunan yang mereka harapkan dari Tuhannya.

D.   Analisa
Mencermati kajian di atas, kita dapati bahwa kisah keimanan para tukang sihir Fir’aun Turun dalam periode Mekkah. Ini tidak bisa lepas dari misi kenabian Nabi Muhammad Saw para peiode Mekkah yaitu menguatkan Akidah.
Lebih jauh secara Tarti>b al-nuzu>l  dan tertib surat, keduanya sama yaitu bermula dari QS al-A’ra>f, QS T{a>ha> dan QS al-Shu’ara>’. Dengan demikian ayat-ayat yang berkenaan dengan keimanan tukang sihir Fir’aun  tersebut meskipun berada di surat yang berbeda tetapi substansinya sama dan saling melengkapi satu sama lain.
Tentang jumlah Tukang sihir Fir’aun terdapat ragam pendapat di kalangan ulama. Pada saat itu memang di Mesir banyak berkumpul orang-orang yang ahli sihir.Ada yang menyatakan 80. 000 (Muhammad bin Ka’ab), 70. 000 (al-Qa>sim bin Abi< bardah), 35. 000 (al-Saddi>) 19. 000 (Abi Umamah), 15 .000(Muhamman Bin Ishaq), 12.000 (Ka’ab al-Akhbar). Tapi pendapat Ibn Abbas dan Abi H{atim menyatakan bahwa jumlah mereka adalah 70 0rang.[6] Pendapat terakhir inilah yang menurut penulis lebih mendekati kebenaran. Dengan asumsi sekian ribu tukang sihir di atas setelah diseleksi tinggal 70 orang yang terbaik.

Pernyataan keimanan yang disampaikan oleh para tukang sihir Fir’aun berbunyi :
(#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊËÊÈ Éb>u 4ÓyqãB tbr㍻ydur ÇÊËËÈ
(#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tbr㍻yd 4ÓyqãBur ÇÐÉÈ
(#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÍÐÈ Éb>u 4ÓyqãB tbr㍻ydur ÇÍÑÈ
Penyebutan nama Musa dan Harun oleh para penyihir, di samping bertujuan mengakui kerasulan mereka, juga untuk mengaskan bahwa Tuhan  yang mereka maksudkan  adalah Tuhan yang dijelaskan oleh kedua Nabi itu, bukan tuhan masyarakat Mesir atau tuhan-tuhan siapa pun selain tuhan yang mengutus kedua Nabi itu.[7] Lebih dari itu keimanan ayat di atas memberi kesan bahwa beriman kepada Allah harus disertai dengan beriman kepada para Rasul-Nya.

Pada ayat di atas (QS T{a>ha> : 70 } nama Harun lebih dahulu disebut daripada nabi Musa. Sedang dalam QS al-A’ra>f : 122 nama Musa yang lebih dahulu disebut setelah menyifati Tuhan dengan Rabbul ‘A>lami>n. Hal ini dikarenakan beberapa kemungkianan. Pertama, untuk menyesuaikan nada atau bunyi fa>s{ilah ayat ini dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya yang kesemuanya berakhir dengan bunyi “a”. Kedua, Perbedaan itu akibat perbedaan ucapan para penyihir, sehingga akhirnya aneka ucapan mereka tertampung semuanya, walau di tempat yang berbeda-beda. Dan Ketiga, Al-Qur’an sekali menyebut nama Musa terlebih dahulu untuk mengisyaratkan keutamaannya dan di temapat lain disebut anam Harun terlebih dahulu untuk mengisyaratkan bahwa beliau lebih tua dari Nabi Musa as.[8]
Mencermati munasabah ayat kita dapati, bahwa perubahan keimanan para tukang sihir Fir’aun itu terkesan mendadak. Dalam menceritakan kisah perubahan iman yang begitu cepat ini, Allah Swt menggunakan redaksi القي. Kata (القي )mengandung makna ketersungkuran ke bumi secara langsung dan tanpa mampu mengelak.[9]Penggunaan bentuk pasif mengisyaratkan bahwa sebenarnya tidak ada yang meniarapkan mereka kecuali kesadaran diri mereka sendiri. Demikian  Ibn ‘Asyur yang dinukil oleh Quraish Shihab.

Para penyihir itu serta merta ditiarapkan oleh rasa takut kepada Allah dan kagum kepada mukjizat Nabi Musa as. Mereka tiarap dalam keadaan bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai tanda rasa syukur dan juga tanda berlepas diri dari kekufuran dan kepatuhan kepada Fir’aun .

Sayyid Quthub sebgaimana dinukil oleh Quraish Shihab menyatakan bahwa : “Itu adalah sentuhan yang mengena pusat rasa sehingga seluruh tubuh bangkit seketika. Ia menyentuh tombol kecil (pada arus listrik) sehingga memancar cahaya yang segera mengusik kegelapan. Ia adalah sentuahn iman pada kalbu manusia yang mengalihkannya dalam sekejap dari kekufuran kepada iman”. [10]
Semua redaksi ayat  yang menceritakan  keimanan tukang sihir di atas mencantumkan kata al_sah{arah>. Penyebutan kata السحرة  diperlukan di sini karena ayat di atas bermaksud menegaskan bahwa yang sujud bukan semua hadirin yang menyaksikan peristiwa ini, tetapi hanya para penyihir.
Para Tukang sihir Fir’aun yang diperintahkan untuk melawan Nabi Musa adalah para tukang sihir pilihan yang benar-benar ahli dan menguasai seluk beluk tentang sihir. Karenanya, ketika melihat Nabi Musa melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular yang memakan ular jadian sihir-sihir mereka, sepenuhnya mereka menyadari bahwa itu bukanlah sihir tapi benar-benar mukjizat dari Allah Swt.
Kisah pengakuan keimanan para tukang sihir Fir’aun di atas menjadi bukti bahwa penguasaan yang mendalam terhadap suatu disiplin ilmu tertentu, bahkan dalam hal ini adalah sihir, akan mengantarkan pemiliknya menuju iman dan Khasyatulla>h.
Ucapan para penyihir itu dilakukan dengan sujud (سجدا, ساجدين).Ucapan para penyihir yang dilakukan dengan sujud itu bertujuan agar tidak ada yang menduga bahwa sujud tersebut ditujukan kepada Fir’aun yang memang selama ini mengakui dirinya sebagi tuhan dan memrintahkan masyarakat sujud kepadanya.

Meski di ancam tetapi para tukang sihir itu tetap komitmen dalam keimanannya seraya berdoa kepada Allah Swt :
!$uZ­/u ùø̍øùr& $oYøn=tã #ZŽö9|¹ $uZ©ùuqs?ur tûüÏJÎ=ó¡ãB ÇÊËÏÈ
Para tukang sihir itu lebih memilih janji yang diberikan oleh Allah Swt  dari pada kenikmatan yang dijanjikan oleh Fir’aun sehingga hal ini tidak menyurutkan tekad mereka untuk tetap memegang iman.
`tBur ¾ÏmÏ?ù'tƒ $YYÏB÷sãB ôs% Ÿ@ÏHxå ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNçlm; àM»y_u¤$!$# 4n?ãèø9$# ÇÐÎÈ àM»¨Zy_ 5bôtã ̍øgrB `ÏB $pkÉJøtrB ㍻pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù 4 y7Ï9ºsŒur âä!#ty_ `tB 4ª1ts? ÇÐÏÈ
75.  Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh Telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),
76.  (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). (QS. Taha : 75-76)
Inilah yang kemudian menjadikan ar_Razi memberikan penilain kepada para Tukang sihir ini sebagai golongan orang-orang yang memiliki iman yang sempurna.[11]
Tentang nasib para tukang sihir ini, ulama berbeda pendapat. Apakah Fir’aun melaksanakan ancamannya sehingga mereka dibunuh ataukah Allah menyelamatkan mereka sehingga selamat dari aksi buruk Fir’aun. Pendapat terkuat menurut al-Shinqit{i> adalah bahwasanya Allah telah menjaga dan menyelamatkan mereka dari Fir’aun berdasar Firman Allah Swt :[12]

tA$s% à±t^y x8yàÒtã y7Åzr'Î/ ã@yèøgwUur $yJä3s9 $YZ»sÜù=ß Ÿxsù tbqè=ÅÁtƒ $yJä3øs9Î) 4 !$uZÏF»tƒ$t«Î/ $yJçGRr& Ç`tBur $yJä3yèt7¨?$# tbqç7Î=»tóø9$# ÇÌÎÈ
35.  Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, Maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang. (QS al-Qas{as{ : 35


E.    Kesimpulan
Para tukang sihir menunjukkan kesempurnaan iman yang mereka miliki. Ketika melihat bukti kebenaran di depan mata mereka langsung bersujud kepada Allah Swt sekaligus beriman kepada Nabi dan Nabi Harun. Lebih dari itu ancaman yang datang dari fir’aun sama sekali tidak menggoyahkan keimanan mereka hingga mereka diselamatkan oleh Allah dan dijanjikan mendapatkan kenikmatan yang tiada terhingga. Keimanan mereka menunjukkan bahwa penguasaan terhadap disiplin ilmu tertentu akan menuntun seseorang menuju iman dan Khasyatulla>h.
 

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Darwazah, M. Izzah, al-Tafi>r al-H{adi>th, Cairo : Da>r al-Ih{ya>’ al-Kutub al-Arabiyyah, 2000
Ibn Kathi>r ,Qis{as al-Anbiya>’, (http : // www. alislam.com)

Muhaisin, M. Salim Ta>rikh al-Qur’a>n al-Kari>m, terj. A. Dzul Hilmi, Surabaya : CV. Dwi Marga, 1987
Al-Ra>zi>, Fahruddin , al-Tafsi>r  al-Kabi>r, (http : // www. altafsir.com)

al-Sayu>t{i>, Jalaluddin,al-Du>r al-Manthu>r, (http : // www. altafsir.com)

 Shihab, , M. Quraish , Tafsir al-Misbah , Jakarta : Lentera Hati, 2004

Al-Shinqit{i>,Ad{wa’ al-Baya>n,  (http : // www. altafsir.com)















[1] M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah, V. 5, 194.
[2] M. Salim Muhaisin,Ta>rikh al-Qur’a>n al-Kari>m, terj. A. Dzul Hilmi,53-56
[3] M. ‘Izzah Darwazah,al-Tafsi>r al-H{adi>th, J 2, 435-437
[4] Ibid, J 3, 197
[5] Ibid, J. 3 245-246
[6] Ibn Kathi>r ,Qis{as al-Anbiya>’, J.2, 43.
[7] Fahruddin al-Ra>zi>, al-Tafsi>r  al-Kabi>r, J.7, 215.
[8]  M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah, V 8, 331

[9] M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah, V 8, 331

[10] Ibid V 8, 335
[11] Ar-Razi, Tafsi<r al-Kab>r, J.7, 215.
[12] Al-Shinqit{i>,Ad{wa’ al-Baya>n, J. 4, 135

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer