IMAN TUKANG SIHIR
FIR’AUN
Oleh: Ibrahim Muchlis S. Th. I
A.
Pendahuluan
Berbicara tentang tukang sihir
fir’aun tentu tidak bisa lepas dari rangkaian kisah panjang antara Nabi Musa as
dengan penguasa Mesir ketika itu, yaitu Fir’aun. Kisah Nabi Musa as sering diulang
dalam al-Qur’an antara lain karena pada masa penurunan al-Qur’an, Nabi Muahmmad
Saw beserta para sahabatnya berhadapan dengan Bani Isra’il, khususnya
orang-orang Yahudi yang sangat mengagumi Nabi Musa as tetapi dalam saat yang
sama sangat memusuhi Nabi Muhammad Saw.[1]
Bermula dari panggilan dakwah, yaitu perintah
Allah kepada Nabi Musa as untuk memberi peringatan kepada Fir’aun (QS.
Al-A’ra>f : 103; QS. Taha : 24; QS al-Shu’ara>’ : 10-11) . Maka Allah Swt
memberinya bekal mukjizat diantaranya
adalah berubahnya tongkat Nabi Musa menjadi Ular yang sangat besar. Di samping
itu tangan Nabi Musa terlihat putih cemerlang bagaikan sinar matahari yang
menyilaukan mata tanpa cacat (QS T{a>ha> : 19-23 ; QS al-Shua’ara>’:
30-32}. Akan tetapi Fir’aun tetap pada kesombongannya dan
mendustakan Nabi Musa as. Allah Swt berfirman yang menceritakan sikap Fir’aun
ini :
ô‰s)s9ur çm»oY÷ƒu‘r& $uZÏF»tƒ#uä $yg¯=ä. z>¤‹s3sù 4’n1r&ur ÇÎÏÈ
56. Dan Sesungguhnya kami
Telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan kami semuanya Maka
ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran). (QS Taha : 56)
Bahkan
Fir’aun menuduh bahwa mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa as adalah sihir dan
bermaksud mengusirnya dari negeri Mesir. Ia pun menantang Nabi Musa dengan cara
mengumpulkan para penyihir ulung di hadapan orang banyak dan di tempat terbuka.
Hal ini diceritakan oleh Allah Swt di
beberapa tempat dalam al-Qur’an di antaranya :QS Taha 57- 60 ,
قَالَ أَجِئْتَنَا
لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى 57
فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ
مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلا
أَنْتَ مَكَانًا سُوًى 58
قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ
الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى 59
فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ
فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى 60
Artinya :Berkata
Firaun: "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami
(ini) dengan sihirmu, hai Musa? (57) Dan kami pun
pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu
waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya
dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)". (58) Berkata Musa:
"Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah
dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik". (59) Maka Firaun
meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia
datang. (60) "Thaha 20. 57;60"
Ternyata
berbeda dengan Fir’aun yang tetap keras kepala dengan kesombongannya yang tidak
mau mengikuti ajakan Nabi Musa setelah terbukti adanya mukjizat dari Allah Swt.
Para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Fir’aun ini justru melakukan tindakan
yang membuatnya marah sehingga ia mengancam untuk menyalib mereka.
Makalah ini
akan berusaha memahami perubahan sikap para tukang sihir Fir’aun tersebut
terutama yang berkaitan dengan keimanan mereka
kepada Nabi Musa as.
B.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan Tema
Setelah
melakukan penulusuran ayat, penulis mendapatkan beberapa ayat yang berkaitan
dengan tema di atas. Ayat-ayat
tersebut terdapat dalam al-Qur’an Surah Al-A’ra>f (7) : 120-122; 125-126,
QS. T{a>ha> (20) : 70 dan 73, QS. Al-Shu’ara>’ : 46-48 ; 50-51.
Semua ayat yang berbicara
tentang kisah Nabi Musa, Fir’aun dan tukang sihirnya tergolong kelompok surah
Makiyyah, yaitu surah yang Turun periode Mekkah. Hal ini sesuai dengan ciri
umum yang melekat pada surah-surah Makiyyah yang di antaranya menyebutkan
cerita-cerita Rasul dan hal ihwal umat terdahulu. Isi dari cerita tersebut
menggambarkan adanya penghancuran terhadap umat yang mendustakan Rasul-Nya dan
menentang perintah-perintah Tuhannya. Dan adanya pertolongan Allah kepada siapa
pun yang membenarkan Rasul-Nya, menepati batasan-batasan hukum Tuhannya, serta
mengamalkan syari’at-Nya.
Ayat-ayat yang sudah terkumpul,
kemudian penulis urutkan berdasarkan
riwayat dari Ibn Abbas[2] dan juga mengacu pada
kitab al-Tafsi>r al-H{adi>th yang ditulis oleh M. Izzah Darwazah.
Secara terperinci ayat-ayat yang
membahas tentang keimanan tukang sihir fir’aun sesuai dengan urutan turunnya
adalah sebagai berikut :
Al-Qur’an Surah al-A’ra>f :[3]
u’Å+ø9é&ur äotys¡¡9$# tûïωÉf»y™ ÇÊËÉÈ (#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊËÊÈ Éb>u‘ 4Óy›qãB tbrã»ydur ÇÊËËÈ
120. Dan ahli-ahli
sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud
121. Mereka
berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta Alam,
122. "(yaitu)
Tuhan Musa dan Harun".
(#þqä9$s% !$¯RÎ) 4’n<Î) $oYÎn/u‘ tbqç7Î=s)ZãB ÇÊËÎÈ $tBur ãNÉ)Zs? !$¨ZÏB HwÎ) ïcr& $¨ZtB#uä ÏM»tƒ$t«Î/ $uZÎn/u‘ $£Js9 $uZø?uä!%y` 4 !$uZ/u‘ ùøÌøùr& $oYø‹n=tã #ZŽö9|¹ $uZ©ùuqs?ur tûüÏJÎ=ó¡ãB ÇÊËÏÈ
125. Ahli-ahli
sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.
126.
Dan kamu
tidak menyalahkan kami, melainkan Karena kami Telah beriman kepada ayat-ayat
Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa):
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami
dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)".
Al-Qur’an Surah T{a>ha> :[4]
u’Å+ø9é'sù äotys¡¡9$# #Y‰¯gàž (#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tbrã»yd 4Óy›qãBur ÇÐÉÈ
70.
Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata:
"Kami Telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".
!$¯RÎ) $¨ZtB#uä $uZÎn/tÎ/ tÏÿøóu‹Ï9 $uZs9 $uZ»u‹»sÜyz !$tBur $oYtG÷dtø.r& Ïmø‹n=tã z`ÏB ÌósÅb¡9$# 3 ª!$#ur ׎öyz #’s+ö/r&ur ÇÐÌÈ
73.
Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Tuhan kami, agar dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang Telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(azab-Nya)".
Al-Qur’an Surah al-Shu’ara>’ :[5]
u’Å+ø9é'sù äotys¡¡9$# tûïωÉf»y™ ÇÍÏÈ (#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÍÐÈ Éb>u‘ 4Óy›qãB tbrã»ydur ÇÍÑÈ
46.
Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah),
47. Mereka
berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta Alam,
48. (yaitu) Tuhan
Musa dan Harun".
(#qä9$s% Ÿw uŽö|Ê ( !$¯RÎ) 4’n<Î) $uZÎn/u‘ tbqç7Î=s)ZãB ÇÎÉÈ $¯RÎ) ßìyJôÜtR br& tÏÿøótƒ $uZs9 $oYš/u‘ !$uZ»u‹»sÜyz br& !$¨Yä. tA¨rr& tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÎÊÈ
50.
Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan (bagi kami); Sesungguhnya
kami akan kembali kepada Tuhan kami,
51. Sesungguhnya
kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, Karena
kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".
C.
Munasabah ayat
1.
QS al-A’ra>f : 120-122
Pada
ayat sebelumnya yaitu QS al-A’raf : 117-119 Allah mewahyukan kepada Nabi Musa
agar melempar tongkatnya. Maka nyatalah yang haq dan lenyaplah kebatilan yang
diakukan oleh tukang sihir itu. Mereka kalah dan mersa hina.
Pada
ayat ini, atas dasar pengetahuannya tentang sihir, para tukang sihir itu pun
kemudian beriman dengan bersujud kepada Allah Swt. Tuhannya Nabi Musa dan Nabi
Harun yang baru saja mereka tantang dengan kemampuan menyihir mereka.
Berikutnya,
ayat sesudahnya menceritakan tuduhan Fir’aun yang tanpa bukti dengan mengecam dan menuduh para tukang sihir itu
telah melakukan makar, bersengkongkol dengan Nabi Musa hendak mengusirnya dari
negeri Mesir.
2. QS al-A’raf
: 125-126
Sebelum
ayat ini, disebutkan ancaman Fir’aun yang akan memotong tangan dan kaki para
tukang sihir itu secara menyilang. Maka pada ayat ini para tukang sihir itu
tetap memgang teguh prinsipnya seraya memohon kepada Allah Swt agar diberi kesabaran
dalam rangka menghadapi ancaman Fir’aun itu.
3.
QS. T{a<ha< : 70
Ayat
sebelumnya berisi tentang perintah Allah Swt kepada nabi Musa agar melempar
tongkatnya. Dan motivasi dari Allah kepada beliau bahwa beliau pasti mendaptkan
kemenangan meski berhadapan dengan para tuakng sihir yang ahli di bidangnya.
Terbukti,
ayat ini menunjukkan pengakuan kekalahan para tukang sihir Fir’aun dan
dibuktikan dengan sujud disertai dengan pengakuan keimanan kepada Tuahnnya Nabi
Musa dan Nabi Harun yaitu Allah Swt.
Sementara
itu, ayat sesduahnya menggambarkan kemarahan Fir’aun terhadap perilaku para
tukang sihirnya (karena beriman kepada Nabi Musa) dan ancaman untuk menyiksa
tukang sihirnya itu.
4. QS.
T{a>ha> : 73
Pada ayat ini para tukang sihir Fir’aun
menjelaskan alasan perubahan sikap mereka yaitu agar kesalahan-kesalahan mereka
diampuni oleh Allah Swt. Mereka juga meyakini bahwa balasan Allah bagi yang
taat kepada-Nya lebih baik dan lebih kekal dibandingkan siksa Fir’aun
diancamkan kepada mereka di dunia ini.
Ayat 72
sebelum ayat ini, menegaskan bahwa meskipun diancam para tukang sihir itu tetap komitmen dalam
keimanannya. Bahkan mereka menantang Fir’aun agar melakasankan ancamannya. Maka
ayat ini menjelaskan di antara alasan mereka tetap istiqomah dalam pendiriannya
itu.
Adapun
ayat sesudahnya berkenaan dengan lanjutan tentang alasan sikap mereka yaitu
kalau saja mereka tetap kekufurannya sampai ajal menjemput mereka maka akan
dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka Jahannam. Hal ini tentu jauh lebih pedih
dan sakit daripada encaman penyaliban
yang dismapaikan oleh Fir’aun
5. QS. Al-Shu’ara>’ : 46-48
Ayat ini
menceritakan perubahan drastis sikap para tukang sihir Fir’aun yang berubah
menjadi beriman kepada Allah Swt, Tuhannya Nabi Musa dan NAbi Harun serta Tuhan
sekalian alam termasuk Tuhannya Fir’aun
yang selama ini mengaku sebgai tuhan. Hal ini berkaitan dengan ayat sebelumnya
yang menceritakan tentang Nabi Musa yang diperintahkan oleh Allah untuk melempar
tongkatnya. Melihat mukjizat yang sedemikian besar maka tukang sihir itu
beruabah sikap sebagaimana yang tergambar dalam ayat 46-48 ini.
Adapun
ayat sesudahnya menceritakan kecaman Fir’aun terhadap para tukang sihir
tersebut bahkan menuduh mereka bersekongkol dengan Nabi Musa dengan menyebut
Nabi Musa sebagai Pemimpin mereka. Lebih dari itu, Fir’aun pun mengancam akan menghukum mereka
6.
QS.Al-Shu’ara>’ : 50-51
Pada
ayat 49 disebutkan ancaman Fir’aun yang mengerikan yaitu akan memotong tangan
dan kaki para tukang sihir itu secara bersilang. Setelah itu, Fir’aun juga
mengancam akan menyalib mereka.
Maka
pada ayat ini dengan penuh kemantapan hati menunjukkan keimanan mereka yang
tidak kenal gentar dalam menghadapi Fir’aun. Mereka meyaini kalau pun ancaman
itu jadi dilaksanakan mereka tetap akan kemabali kepada Allah Swt. Hanya
ampunan yang mereka harapkan dari Tuhannya.
D.
Analisa
Mencermati
kajian di atas, kita dapati bahwa kisah keimanan para tukang sihir Fir’aun Turun
dalam periode Mekkah. Ini tidak bisa lepas dari misi kenabian Nabi Muhammad Saw
para peiode Mekkah yaitu menguatkan Akidah.
Lebih jauh
secara Tarti>b al-nuzu>l
dan tertib surat, keduanya sama yaitu bermula dari QS al-A’ra>f, QS
T{a>ha> dan QS al-Shu’ara>’. Dengan demikian ayat-ayat yang berkenaan
dengan keimanan tukang sihir Fir’aun
tersebut meskipun berada di surat yang berbeda tetapi substansinya sama
dan saling melengkapi satu sama lain.
Tentang
jumlah Tukang sihir Fir’aun terdapat ragam pendapat di kalangan ulama. Pada
saat itu memang di Mesir banyak berkumpul orang-orang yang ahli sihir.Ada yang
menyatakan 80. 000 (Muhammad bin Ka’ab), 70. 000 (al-Qa>sim bin Abi<
bardah), 35. 000 (al-Saddi>) 19. 000 (Abi Umamah), 15 .000(Muhamman Bin
Ishaq), 12.000 (Ka’ab al-Akhbar). Tapi pendapat Ibn Abbas dan Abi H{atim
menyatakan bahwa jumlah mereka adalah 70 0rang.[6] Pendapat terakhir inilah
yang menurut penulis lebih mendekati kebenaran. Dengan asumsi sekian ribu
tukang sihir di atas setelah diseleksi tinggal 70 orang yang terbaik.
Pernyataan
keimanan yang disampaikan oleh para tukang sihir Fir’aun berbunyi :
(#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊËÊÈ Éb>u‘ 4Óy›qãB tbrã»ydur ÇÊËËÈ
(#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tbrã»yd 4Óy›qãBur ÇÐÉÈ
(#þqä9$s% $¨ZtB#uä Éb>tÎ/ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÍÐÈ Éb>u‘ 4Óy›qãB tbrã»ydur ÇÍÑÈ
Penyebutan
nama Musa dan Harun oleh para penyihir, di samping bertujuan mengakui kerasulan
mereka, juga untuk mengaskan bahwa Tuhan
yang mereka maksudkan adalah
Tuhan yang dijelaskan oleh kedua Nabi itu, bukan tuhan masyarakat Mesir atau
tuhan-tuhan siapa pun selain tuhan yang mengutus kedua Nabi itu.[7] Lebih dari itu keimanan
ayat di atas memberi kesan bahwa beriman kepada Allah harus disertai dengan
beriman kepada para Rasul-Nya.
Pada ayat
di atas (QS T{a>ha> : 70 } nama Harun lebih dahulu disebut daripada nabi
Musa. Sedang dalam QS al-A’ra>f : 122 nama Musa yang lebih dahulu disebut
setelah menyifati Tuhan dengan Rabbul ‘A>lami>n. Hal ini
dikarenakan beberapa kemungkianan. Pertama, untuk menyesuaikan nada atau
bunyi fa>s{ilah ayat ini dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya yang
kesemuanya berakhir dengan bunyi “a”. Kedua, Perbedaan itu akibat
perbedaan ucapan para penyihir, sehingga akhirnya aneka ucapan mereka
tertampung semuanya, walau di tempat yang berbeda-beda. Dan Ketiga,
Al-Qur’an sekali menyebut nama Musa terlebih dahulu untuk mengisyaratkan
keutamaannya dan di temapat lain disebut anam Harun terlebih dahulu untuk
mengisyaratkan bahwa beliau lebih tua dari Nabi Musa as.[8]
Mencermati
munasabah ayat kita dapati, bahwa perubahan keimanan para tukang sihir Fir’aun
itu terkesan mendadak. Dalam menceritakan kisah perubahan iman yang begitu
cepat ini, Allah Swt menggunakan redaksi القي.
Kata (القي )mengandung makna ketersungkuran ke bumi secara langsung dan
tanpa mampu mengelak.[9]Penggunaan bentuk
pasif mengisyaratkan bahwa sebenarnya tidak ada yang meniarapkan mereka kecuali
kesadaran diri mereka sendiri. Demikian
Ibn ‘Asyur yang dinukil oleh Quraish Shihab.
Para penyihir itu serta
merta ditiarapkan oleh rasa takut kepada Allah dan kagum kepada mukjizat Nabi
Musa as. Mereka tiarap dalam keadaan bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai tanda rasa syukur dan juga tanda berlepas diri dari kekufuran dan
kepatuhan kepada Fir’aun .
Sayyid Quthub sebgaimana dinukil
oleh Quraish Shihab menyatakan bahwa : “Itu adalah sentuhan yang mengena pusat
rasa sehingga seluruh tubuh bangkit seketika. Ia
menyentuh tombol kecil (pada arus listrik) sehingga memancar cahaya yang segera
mengusik kegelapan. Ia adalah sentuahn iman pada kalbu manusia yang
mengalihkannya dalam sekejap dari kekufuran kepada iman”. [10]
Semua
redaksi ayat yang menceritakan keimanan tukang sihir di atas mencantumkan
kata al_sah{arah>. Penyebutan kata السحرة diperlukan di sini karena ayat di atas
bermaksud menegaskan bahwa yang sujud bukan semua hadirin yang menyaksikan
peristiwa ini, tetapi hanya para penyihir.
Para
Tukang sihir Fir’aun yang diperintahkan untuk melawan Nabi Musa adalah para
tukang sihir pilihan yang benar-benar ahli dan menguasai seluk beluk tentang
sihir. Karenanya, ketika melihat Nabi Musa melemparkan tongkatnya dan berubah
menjadi ular yang memakan ular jadian sihir-sihir mereka, sepenuhnya mereka
menyadari bahwa itu bukanlah sihir tapi benar-benar mukjizat dari Allah Swt.
Kisah
pengakuan keimanan para tukang sihir Fir’aun di atas menjadi bukti bahwa
penguasaan yang mendalam terhadap suatu disiplin ilmu tertentu, bahkan dalam
hal ini adalah sihir, akan mengantarkan pemiliknya menuju iman dan Khasyatulla>h.
Ucapan
para penyihir itu dilakukan dengan sujud (سجدا, ساجدين).Ucapan para penyihir yang dilakukan dengan sujud itu bertujuan agar
tidak ada yang menduga bahwa sujud tersebut ditujukan kepada Fir’aun yang
memang selama ini mengakui dirinya sebagi tuhan dan memrintahkan masyarakat
sujud kepadanya.
Meski di
ancam tetapi para tukang sihir itu tetap komitmen dalam keimanannya seraya
berdoa kepada Allah Swt :
!$uZ/u‘ ùøÌøùr& $oYø‹n=tã #ZŽö9|¹ $uZ©ùuqs?ur tûüÏJÎ=ó¡ãB ÇÊËÏÈ
Para
tukang sihir itu lebih memilih janji yang diberikan oleh Allah Swt dari pada kenikmatan yang dijanjikan oleh
Fir’aun sehingga hal ini tidak menyurutkan tekad mereka untuk tetap memegang
iman.
`tBur ¾ÏmÏ?ù'tƒ $YYÏB÷sãB ô‰s% Ÿ@ÏHxå ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNçlm; àM»y_u‘¤$!$# 4’n?ãèø9$# ÇÐÎÈ àM»¨Zy_ 5bô‰tã “ÌøgrB `ÏB $pkÉJøtrB ã»pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù 4 y7Ï9ºsŒur âä!#t“y_ `tB 4’ª1t“s? ÇÐÏÈ
75. Dan
barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh
Telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh
tempat-tempat yang Tinggi (mulia),
76. (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah balasan
bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). (QS. Taha : 75-76)
Inilah
yang kemudian menjadikan ar_Razi memberikan penilain kepada para Tukang sihir
ini sebagai golongan orang-orang yang memiliki iman yang sempurna.[11]
Tentang
nasib para tukang sihir ini, ulama berbeda pendapat. Apakah Fir’aun
melaksanakan ancamannya sehingga mereka dibunuh ataukah Allah menyelamatkan
mereka sehingga selamat dari aksi buruk Fir’aun. Pendapat terkuat menurut
al-Shinqit{i> adalah bahwasanya Allah telah menjaga dan menyelamatkan mereka
dari Fir’aun berdasar Firman Allah Swt :[12]
tA$s%
‘‰à±t^y™
x8y‰àÒtã
y7‹Åzr'Î/
ã@yèøgwUur
$yJä3s9
$YZ»sÜù=ß™
Ÿxsù
tbqè=ÅÁtƒ
$yJä3ø‹s9Î)
4 !$uZÏF»tƒ$t«Î/
$yJçGRr&
Ç`tBur
$yJä3yèt7¨?$#
tbqç7Î=»tóø9$#
ÇÌÎÈ
35. Allah berfirman:
"Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan kami berikan kepadamu berdua
kekuasaan yang besar, Maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu
berdua) dengan membawa mukjizat kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti
kamulah yang akan menang. (QS al-Qas{as{ : 35
E.
Kesimpulan
Para
tukang sihir menunjukkan kesempurnaan iman yang mereka miliki. Ketika melihat
bukti kebenaran di depan mata mereka langsung bersujud kepada Allah Swt
sekaligus beriman kepada Nabi dan Nabi Harun. Lebih dari itu ancaman yang
datang dari fir’aun sama sekali tidak menggoyahkan keimanan mereka hingga mereka
diselamatkan oleh Allah dan dijanjikan mendapatkan kenikmatan yang tiada
terhingga. Keimanan mereka menunjukkan bahwa penguasaan terhadap disiplin ilmu
tertentu akan menuntun seseorang menuju iman dan Khasyatulla>h.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Darwazah,
M. Izzah, al-Tafi>r al-H{adi>th, Cairo : Da>r al-Ih{ya>’
al-Kutub al-Arabiyyah, 2000
Ibn Kathi>r ,Qis{as al-Anbiya>’, (http : // www.
alislam.com)
Muhaisin, M. Salim Ta>rikh al-Qur’a>n
al-Kari>m, terj. A. Dzul Hilmi, Surabaya : CV. Dwi Marga, 1987
Al-Ra>zi>,
Fahruddin , al-Tafsi>r
al-Kabi>r, (http : // www. altafsir.com)
al-Sayu>t{i>,
Jalaluddin,al-Du>r al-Manthu>r, (http : // www.
altafsir.com)
Shihab, , M. Quraish , Tafsir al-Misbah
, Jakarta : Lentera Hati, 2004
Al-Shinqit{i>,Ad{wa’
al-Baya>n, (http : // www.
altafsir.com)
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.