(Collin Powell dan Joseph E. Persico, Learning To Lead.
Reader's Digest, August
1996. Diringkas dari "My American Journey", Collin Powell, Diterbitkan oleh Random House Inc. New York. )Pada awal
karirku di AD Amerika Serikat, aku ditugaskan di Fort Benning, Georgia, dan menjalani Latihan Lanjutan
Penerbangan selama satu bulan. Suatu malam, kami harus terjun payung dari sebuah helicopter,
sesudah berjalan seharian
penuh. Saat itu kami telah kecapaian. Aku adalah perwira senior yang turut di pesawat tersebut. Dalam
kebisingan suara mesin heli, aku memerintahkan kepada setiap orang untuk memeriksa ulang tali
statis – kabel yang dikaitkan pada lantai, yang akan
membuka parasut pada saat kami terjun. Seperti nenek-nenek cerewet, aku berjalan diantara
prajurit-prajurit yang berhimpitan,
memeriksa langsung setiap tali. Yang mengejutkan, ada sebuah kait yang longgar. Aku menunjukkan tali
yang longgar itu pada wajah orang tersebut. Dia terkejut. Salah-salah dia akan terjun dan
jatuh seperti sebuah batu.
Dia mengucapkan terima kasih. Pelajaran tersebut jelas. Saat-saat stress, ketidakpastian dan kelelahan
adalah saat-saat dimana kesalahan-kesalahan
terjadi. Ketika semua dalam keadaan surut, pimpinan harus hati-hati dua kali lipat.
"SELALU MEMERIKSA HAL-HAL KECIL" menjadi salah satu peraturanku.
MEMBUAT
KEPUTUSAN YANG SULIT
Pada tahun terakhirku di New York City College,
aku diangkat menjadi pimpinan
kelompok Pershing Rifles, bagian dari kelompok mahasiswa Reserve Officers' Traning Corps. Tahun
sebelumnya, team latihan kami telah memenangkan kejuaran biasa dan kejuaraan trick pada
kompetisi regional. Aku telah
memimpin team latihan saat itu, jadi aku mengambil team biasa dan menugaskan John rekanku untuk memimpin
team trick. Dari awal, aku telah merasa bahwa team
trick kehilangan kekuatannya. John, biasanya seorang pemimpin yang baik, menyurut karena masalah
pribadinya. Anggota team mengeluh bahwa pikiran
John tidak pada pekerjaannya. Aku ingin menugaskan rekan lain untuk team tersebut, tetapi John terus
menerus mengatakan "Aku dapat
melakukannya". Sayangnya John gagal. Team biasa kami menang tahun itu, tetapi kami kalah
pada kompetisi trick. Aku marah, terutama pada diriku sendiri. Aku telah mengecewakan team
dan John juga, dengan membiarkannya terus berjalan
dengan dasar yang belum siap. Hari
itu, aku belajar bahwa SEBAGAI PEMEGANG WEWENANG, BERTUGAS MEMBUAT
KEPUTUSAN,
TIDAK MASALAH BETAPAPUN SULITNYA. JIKA ADA YANG SALAH, PERBAIKI.
Seorang pimpinan tidak dapat membuat pengorbanan besar dalam
situasi yang buruk hanya karena demi perasaan
seseorang.
JANGAN
MENGHUKUM SETIAP KESALAHAN
Dalam salah satu tugas pertamaku, sebagai Perwira Muda
Infantry, aku dikirim ke
Infantry ke 48 dekat Frankfurt, Jerman. Saat
itu, senjata utama kami adalah
Meriam Atom 280 mm. Dikawal oleh regu-regu infantry, meriam-merian tersebut terus menerus
dipindah-pindahkan disekeliling hutan diatas truk, sehingga pihak Soviet sulit mengetahui
posisi dari meriam tadi. Suatu hari Kapten Tom Miller menugaskan reguku untuk mengawal sebuah
meriam tersebut. Aku
mempersiapkan anak buahku, dan mengendarai jeep-ku. Aku belum jauh ketika kusadari pistol 45ku hilang. Aku
terkejut. Di AD, kehilangan senjata adalah masalah serius. Aku tidak punya pilihan lain kecuali
menghubungi Kapten Miller di radio dan
memberitahukan kehilangan tersebut. "Apa ?!?" katanya tidak percaya. Dia berhenti
sejenak, kemudian menambahkan "Baiklah,
teruskan misimu". Ketika
aku kembali, bimbang menghadapi keputusan untukku, Kapten Miller memanggilku. "Aku punya sesuatu
untukmu", katanya memberikan pistolku. "Beberapa anak di desa menemukannya pada saat terjatuh
dari kantung pistolmu". "Anak-anak
menemukannya ?" Aku merasa terkejut sekali. "Yeah", katanya,
"Untungnya mereka hanya menembakkan satu peluru sebelum kami mendengar suara tembakan dan
mengambil pistol itu". Kemungkinan bahaya yang ditimbulkan membuatku lemas. "Demi Tuhan, Nak,
jangan membiarkan hal itu
terulang lagi". Dia
menjalankan mobilnya. Aku memeriksa magazen pistolku dan ternyata masih penuh. Pistol tersebut belum
ditembakkan sekalipun. Kemudian aku mengetahui bahwa pistol itu terjatuh ditendaku sebelum aku berangkat.
Kapten Miller telah mengarang cerita tentang
anak-anak desa agar aku khawatir dan berhati-hati sekali. Pada saat sekarang AD mungkin akan
melakukan penyidikan, memanggil pengacara, dan
kemungkinan besar akan memberikan tanda buruk pada catatanku. Kapten Miller memberiku kesempatan
untuk belajar dari kesalahanku.
Contoh yang diberikannya untuk kepemimpinan yang rapi tidak
terhilangkan padaku. TAK SEORANGPUN NAIK KEPUNCAK
TANPA PERNAH TERGELINCIR. Jika seseorang melakukan kesalahan, aku merasa tidak
perlu menendangnya sebagai hukuman. Falsafahku adalah : Angkat mereka, bersihkan, dan gerakkan
kembali.
BUATLAH
TEAM-MU MERASA PENTING
Ketika aku menjadi ajudan batalyon dari suatu unit baru,
pekerjaanku adalah menangani
personel, surat
dan "semangat dan kesejahteraan". Komandan-ku adalah Kolonel William C. Abernathy,
yang menugaskan pasukan bekerja untuk keras tetapi juga membuat mereka bersemangat tinggi. Suatu
hari, colonel memintaku menyiapkan suatu sistem surat "Selamat
Datang Bayi". Setiap prajurit
yang istrinya melahirkan, akan menerima surat
pribadi dari Komandan Batalyon
yang memberi selamat kepada mereka. Surat
kedua disampaikan kepada si
bayi langsung. Abernathy memintaku agar surat-surat ity dikirimkan pada hari bayi tesebut dilahirkan. Aku tidak antusias menjalankan tugas
tersebut dan berlambat-lambat mempersiapkan
sistem tadi. Ketika Abernathy mengetahui hal tersebut, dia menegurku dengan keras. Aku kembali ke
kantorku dan mengerjakannya sebaik mungkin. Luar biasa, kami mendapat feedback yang positif. Para prajurit sangat terkesan dengan perhatian dari Abernathy. Para ibu menulis mereka merasa sangat dihargai dianggap sebagai bagian dari
kehidupan AD suami-suami mereka. Sebuah pelajaran baru didapat dan dicatat.
CARILAH CARA UNTUK TURUN KE BAWAH DAN MENYENTUH SETIAP ORANG PADA SUATU UNIT. BUAT MEREKA
MERASA PENTING DAN MENJADI
BAGIAN DARI SESUATU YANG LEBIH BESAR DARI DIRI MEREKA.
JANGAN
PERNAH MENGECILKAN ANTUSIASME
Saat itu Pk.01.00 suatu pagi yang dingin di bulan April. Aku
adalah Letnan Kolonel yang membawahi suatu batalyon
dalam suatu latihan di Korea.
Selama seminggu, kami tidur disiang hari dan
latihan di malam hari. Latihan berakhir.
Para prajurit menunggu diangkut oleh truk kembali
ke camp. Aku menerima berita bahwa Divisi kekurangan
BBM untuk mengangkut batalyon kembali
sejauh 20 mil ke camp. Kami harus berjalan kaki. Para
prajurit dengan kesusahan berdiri dan mulai
berjalan, terlalu capai untuk mengeluh. Kami sedang melalui suatu desa Korea, ketika Kapten Harry
"Skip" Mohr melambat
untuk berbicara padaku. "Hanya tinggal 12 mil lebih sedikit", katanya bersemangat. "Jika kita
berjalan cepat, kita dapat menyelesaikannya dalam 3 jam, dan kemudian meminta kualifikasi untuk E.I.B.
(ExpertInfantryman Badge (Badge / Tanda Infantry Ahli)" Mohr mengetahui aku sedang mencoba
memasukkan sebanyak mungkin prajurit untuk mendapatkan EIB, yang biasanya didapat oleh kurang
dari satu diantara lima
orang infantry. Kami telah memenuhi persyaratan latihan fisik, di samping pembacaan peta, navigasi dan
test lainnya. Rintangan yang tersisa hanya pendakian 12 mil dalam 3 jam. Aku melihat medan yang turun naik. "Skip, kamu bercanda" kataku padanya. "Pak, medan relatif datar hingga 2 mil terakhir. Saya mengetahui orang-orang
kita. Mereka dapat melakukannya". Perintah untuk berjalan sesuai irama terdengar di sana sini. Dalam dua jam kemudian, parka terbuka, keringat mengucuri wajah pada malam
yang beku, dan gerakan dan bunyi nafas dari ratusan
orang terdengar seperti angin. Kami menghadapi satu bukit curam terakhir sebelum masuk ke camp.
Aku tidak mengetahui bagaimana orang-orang
tersebut akan melakukannya. Kemudian
disebelah depan atas, aku mendengar suara-suara orang menghitung irama, hingga bukit seakan bernyanyi
nyanyian batalyon. Ketika kami melalui gerbang memasuki camp, Komandan Jenderal keluar dari
ruangannya mengenakan baju
mandinya, keheranan ketika 700 orang lewat dihadapannya. Lebih banyak prajurit yang memenuhi kualifiaski EIB
dari batalyon kami diantara 3 batalyon
yang berdekatan. Dan pemandangan dari prajurit yang kelelahan yang kemudian meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan yang bersemangat adalah sebuah kenangan yang berharga dalam hidupku. Selama bertahun-tahun dilapangan, aku
mempelajari bagaimana prajurit AS bergerak. Mereka akan menggerutu jika diberi beban berat.
Mereka akan besumpah lebih merasa senang berada
ditempat lain. Tetapi pada sore hari, mereka akan bertanya dengan bangga "Baikkah apa yang
telah kami lakukan?" Mereka
menghormati PIMPINAN YANG MEMBERI MEREKA STANDAR YANG TINGGI DAN MEMBAWA MEREKA HINGGA BATAS KEMAMPUAN -
selama mereka meilihat adanya tujuan yang berharga bagi mereka. (300501)
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.