Breaking News
Loading...
Jumat, 13 Desember 2013

SALMAN AL-FARISI R.A

Jumat, Desember 13, 2013


SALMAN AL-FARISI R.A
Salman al-farisi berasal dari sebuah desa yang bernama Isfahan dibawah kekuasaan Kisra Persia, yang lebih dominan berama majusi (penyembah api). Ayahnya seorang pejabat pemerintahan di persia yang mejabat sebagai penjaga api suci. Tugas tersebut merupakan sebuah tugas yang sangat mulia bagi kaum majusi, yang dapat menjaga keutuhan api sebagai tuhan mereka agar tidak padam, namun ketika kelahiran nabi Muhammad SAW api tersebut padam, yang menandakan akan ada seorang pembawa risalah baru dari tuhan yang maha kuasa.
Dalam mencari hidayah dan cinta tuhan, Salman al-Farisi menempuh jalan berliku, dibenci oleh orang-orang majusi, bahkan oleh orang tuanya sendiri, sebab ia berani menentang ajaran majusi yang telah lama dipeluk oleh nenek moyang orang persia, khususnya oleh orang tuanya sendiri. Salman al-Farisi berani memeluk agama nasrani sebab ketertarikannya dengan konsep tuhan yang ditawarkan oleh agama nasrani (kristen) pada saat itu, sehingga ia di usir dari tanah kelahirannya Persia. Ketika diusir ia mengikuti beberapa orang nasrani yang hijrah ke syiria, ia tinggal di sebuah gereja mengikuti uskup yang menjadi sebuah pelayan, sekaligus belajar lebih dalam mengenai agama barunya tersebut, tapi sayang sekali uskup tersebut mengumpulkan sedekah untuk kepentingan pribadinya. Tidak lama kemudian uskup tersebut meninggal dan digantikan oleh orang yang saleh, sehingga ia memperoleh banyak kemajuan dalam bidang rohaniah. Ketika uskup tersebut akan meninggal, ia menyarankan Salman al-Farisi untuk menemui temannya seorang pendeta di desa Mosul, sebab orang saleh tersebut melihat tidak ada orang yang cukup pantas dan baik sebagai penggatinya untuk gereja tersebut.
Setelah orang saleh tersebut meninggal, Salman al-Farisi mengikuti saran orang saleh pergi ke Mosul guna menemui pendeta sembari menceritakan pengalaman dan pencaria tuhan yang maha esa, dengan alasan tersebut Salman al-Farisi diterima dengan baik oleh pendeta di Mosul. Namun tidak lama belajar agama kepada pastur, Salman al-Farisi disuruh menemui teman pastur setelah pastur tersebut meninggal, yaitu menemui temannya seorang saleh di Nasabin. Salman al-Farisi pun mengikuti anjuran sang guru pergi ke Nasabin untuk belajar agama nasrani. Belum setahun lamanya Salman al-Farisi di anjurkan menemui seorang pemimpin di Amuria, sebuah kota diwilayah Romawi.
Salman al-Farisi pun tinggal di Amuria dengan seorang pemimpin yang saleh beberapa waktu lamanya, sebagai bekal hidupnya ia memelihara beberapa ekor sapi dan kambing, namun menjelang ajal sang pemimpin Amuria tersebut lagi-lagi Salman al-Farisi bertanya mengenai siapa yang pantas ia ikuti dan dapat membimbingnya kelak, pemimpin tersebut menjawab : “wahai anakku, tidak ada seorangpun yang ku kenal yang sama keadaannya dengan kita, namun yang dapat kau percayakan kepadamu, tapi sekarang telah dekat waktunya kebangkitan seorang nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni, ia nanti akan hijrah kesuatu tempat yang ditumbuhi oleh kurma-kurma dan berada diantara dua bidang tanah yang berbatu-batu hitam, seandainya kau dapat kesana, maka temuilah dia, ia memiliki beberapa tanda yang jelas dan gamblang, ia tidak mau maka sedekah, tapi ia bersedia menerima hadis yang diberikan kepadanya, ia mempunyai cap kenabian di pundaknya yang jika engkau melihatnya, maka kau pasti mengenalinya”.
Ketika ada rombongan dari jazirah Arab, yang ia ketahui banyak ditumbuhi oleh kurma sampai di Amuria, ia meminta untuk dapat mengikuti mereka dan memberikan imbalan ternak-ternaknya. Tapi sampai ditempat bernama Wadil Qura, Salman al-Farisi pun dianiaya dan dijual sebagai budak oleh seorang yahudi. Tidak lama kemudian datang seorang yahudi dari badi Quraizhah membelinya sebagai budak dan membawanya ke Yasrib (nama Madinah pada masa Jahiliyah) untuk di pekerjakan di kebun kurma. Begitu sampai di Yatsrib Salman al-Farisi senang dan yakin bahwa orang yang dimaksud oleh seorang pemimpin di Amuria ada di tempat ini, sebab itulah ia bekerja dengan senang hati meskipun sebagai seorang budak, sembari menunggu kabar mengenai datangnya seorang nabi sebagai mana yang diramalkan oleh pemimpin Amuria tersebut.
Suatu ketia ia sedang dipuncak pohon kurma, dan tiba-tiba datang seorang sepupu majikannya yang berkata “Bani Qillah celaka, mereka menggerumuni seorang lelaki dari mekah yang mengaku sebagai seorang nabi, mereka sekarang sedang berkumpul di Quba”.
Saat itu juga memang nabi Muhammad SAW bersama para sahabat termasuk Abu Bakar, baru saja tiba di Quba singgah di kediaman Bani Amr ibn Auf. Mendengar kabar tersebut tubuh salman bergoyang keras dan hampir jatuh menimpat tubuh tuannya. Ia bergegas turun dan tanpa menyadari statusnya sebagai seorang budak, iapun menuju ke tuannya, apa kata anda ?? ada kabar apa ?? namun majikan Salman al-Farisi tersebut memukul dengan kuat semabri berkata “apa urusanmu dengan semua ini, cepat kembali bekerja”.
Namun ketika kesorehariannya setelah pekerjaannya selesai, Salman al-Farisi mengumpulkan bahan makanan yang dimilikinya dan bergegas ke Quba menemui nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, ia berkata “tuan-tuan ialah perantau, kebetulan aku memiliki persediaan makanan untuk sedekah, tentu tuan-tuan sangat membutuhkan”. Salman pun menaruh makanan tersebut di depan nabi Muhammad SAW, dan nabipun berkata pada para sabatnya, ambillah dan makanlah dengan nama Allah SWT. Merekapun berkumpul semabari menyantap makanan tersebut, tapi beliau sama sekali tidak menyentuhnya.
Melihat hal tersebut, salman berkata dalam hati “demi Allah SWT inilah salah satu dari tanda-tanda ia seorang nabi, ia tidak mau memakan sedekah”.
Namun keesokan harinya ia datang lagi menghadap nabi SAW dengan membawa makanan dan iapun berkata “kulighat tuan tidak mau makan sedekah, tapi ini adalah hadiah untuk tuan”. Nabipun memanggil para sabahabat untuk menyantap makanan yang dibawa oleh salman, dan nabipun ikut makan bersama para sahabat. Salmanpun berkata dalam hati “inilah tanda kedua, nabi memakan makanan yang diberikan sebagai hadiah”. Beberapa hari kemudia, Salman al-Farisi menemui nabi yang berada di Baqi sedang menguburkan jenazah seorang sahabat dan saudara raudhah nabi setelah berperang melawan orang-orang Quraish, pada saat itu nabi memakai dua kain lebar, satu untuk baju dan satunya untuk sarung. Salman mengucapkan salam sambil melihat ke arah pundak nabi, dan nabipun mengetahui apa yang dicari oleh Salman, nabipun sedirikit menyingkapkan kain dari lehernya sehingga salman dapat melihat cap kenabian seperti yang diceritakan oleh pemimpin saleh di Amuria.
Salman pun tidak dapat menahan diri lagi, pencarian panjangnya berakhirlah sudah, ia menangis dan meratap sambil menciumi nabi SAW, setealh suasana emosional yang meliputinya dan perjalanan untuk mencapai hidayah Allah SWT dan menceritakan pengalaman dan perjalanan untuk mencapai hidayah Allah SWT, ia segera mengucapkan syahadat untuk menyatakan keislamannya. Ketika perang badar ula dan perang uhud berlangsung, Salman al-Farisi tidak dapat ikut serta, sebab statusnya sebagai seorang budak yang menjadi halangan baginya. Tuannya yang seoarng yahudi tidak mengizinkannya meningalkan pekerjaan di kebun kurma untuk menyertai nabi Muhammad SAW dalam dua peperangan tersebut. Namun pada suatu ketika nabi Muhammad SAW berkata kepadanya “mintalah kepada tuanmu agar ia membebaskanmu dengan uang tebusan”. Salmanpun menyampaikan hal tersebut kepada tuannya dan tuannya pun menerima tawaran nabi. Nabi Muhammad SAW meyerukan kepada para sahabat untuk mengumpulkan dana sebagai pembayaran kebebasan Salman sebagai budak. Maka jadilah ia seorang yang merdeka dan lebih leluasa untuk belajar, beribadah, dan berjuang bersama nabi Muhammad SAW.
Pada perang Ahzab, dimana beberapa kabilah jazirah Arab bersekutu untuk menggempur madinah, nabi Muhammad SAW mengadakan musyawarah sebagai sebuah cara menghadapi mereka, situasinya cukup kritis, sebab menurut informasi yang dihimpun oleh mata-mata kiriman nabi, mereka lebih dari sepuluh ribu prajurit yang dipimpin oleh Abu Sufyan ibn Harb. Jumlah tersebut lebih banyak dari pada seluruh penduduk Madinah, termasuk wanita dan anak-anak. Apalagi pasukan sekutu yang sebenarnya atas inisiatif kaum Yahudi Nadzir, sempat mempengaruhi kaum Yahudi dari bani Quraizhah yang tinggal di madinah untuk mendukung mereka, padahal kabilah tersebut terikat perjanjian damai dengan nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan Piagam Madinah.
Setelah berlangsung dikusi yang cukup lama dan beberapa usulan masuk pada nabi Muhammad SAW, salman berkata pada beliau, “wahai rasulullah, dulu kami orang-orang persia jika sedang dikepung oleh musuh, kami menggali parit di sekeliling kami untuk mempertahankan diri, bagaimana jika kita menggali parit untuk perlindungan kota madinah” ??
Usulah yang cukup brilian ini diterima oleh forum musyawarah, itulah sebabnya perang Ahzab di kenal dengan perang Khandaq (perang parit). Terbuktilah kemudian strategi ini sangat berhasil, gelombang pasukan yang begitu besar yang dipimpin oleh Abu Sufyan ibn Harb ternyata tidak berkutik. Strategi tersebut tidak pernah dikenal oleh orang-orang arab yang pada dasarnya suka berperang, sebab itulah mereka tidak pernah mengantisipasi sebelumnya. Pada akhirnya mereka hanya bisa melakukan pengepungan semata, yang sebenarnya ini diluar perhitungan mereka, secara perbekalanpun tidak dipersiapkan untuk itu. Berkat kecerdasan Salman al-Farisi nabi memujinya dengan sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim “antum a’lamu bi’umuri dunyakum ” (kau lebih mengetahui apa yang terdapat pada dunaimu) hadis tersebut membuktikan kemampuan Salman al-Farisi dalam strategi perang melampaui beberapa sahabat yang lain.
Pada perang Ahzab ini tidak terjadi perang fisik secara besar-besaran, hanya percikan kecil sekelompok orang Quraisy berusaha menyeberangi parit dan tentunay dengan mudah dipatahkan oleh pasukan muslim yang telah bersiap di sisi parit. Bisa dikatakan merupakan perang urat syaraf yang menguji keteguhan dan kesabaran mental para pelakunya. Memang pasukan muslim sempat terganggu dengan penghianatan kaum yahudi dari bani Qaraizhah, tapi setelah hampir sebulan pengepungan, Allah SWT menurunkan pertolongannya termasuk dalam bentuk islamnya Nu’aim ibn Mas’ud ibn Amir al-Asyjay, sehingga pasukan sekutu pecah dan pulang kembali masing-masing temapat tanpa ada hasil yang diharapkan.
Saat salman masih seorang majusi, ia hidup dalam kemewahan sebagia anak seorang pejabat, dalam jabatan yang sangat mulian sebagai penjaga api suci, semuanya ia tinggalkan hanya untuk mencari tuhan. Hidup terlunta berpindah-pindah, bahkan menjadi seorang budak tidak dihiraukan asal menenukan titik hidayah tersebut. Hal ini menunjukkan karakter seperti apa yang dimiliki oleh Salman. Karakter tersebut semakin menguat ketika sosok hidayah tersebut ialah nabi Muhammad SAW, dan menjadi suatu teladan dalam kehidupan dan kesederhanaan yang jauh dari cinta dunia.
Ketika islam mengalami sebuah kejayaan, harta dan kekayaan mengalir ke madinah dan wilayah madinahpun semakin meluas, sebagai salah satu seorang sahabat utama nabi, mau tidak mau salman di berikan jabatan ketika khalifah Umar ibn Khatab sebagai gubernur di madinah, padahal ia selalu menolak suatu jabatan kecuali sebagai pemimpin pasukan yang berjuang di jalan Allah SWT, sebab ia memang sangat menginginkan syahid. Bahkan ia memiliki prinsip “jika engkau masih mampu makan tanah, asal tidak membawahi dua orang manusia, maka lakukanlah”. Tapi menghadapi khalifah Umar ibn Khatab yang sama-sama zuhidnya dengan Salman, iapun tidak bisa menolak, umar selalu brekata kepada para sahabat yang menolak jabatan karena zuhud, seperti ini atau semisal ini “kalian telah membei’at dan membebani aku dengan amanat ini, yang aku sendiri tidak menginginkannya, maka tolonglah aku untuk menjalankan amanah ini”.
Menjadi gubernur di madinah ternyata tidak melunturkan karakter kesederhanaannya, ketika rumah jabatan disiapkan oleh seorang tukang bangunan, ia bertanya “rumah seperti apa yang engkau persiapkan untuk diriku ?” ternyata tukan bangunan tersebut sangat mengenal karakter Salman al-Farisi, ia berkata “jangan khawatir, rumah tersebut merupakan bangunan yang bisa dijadikan tempat berteduh diwaktu hujan, bernaung di waktu panas. Jika anda berdiri dan merentangkan tangan ke atas, anda akan menyentuh langit-langitnya, jika anda berbaring, kepada dan kaki anda akan menyentuh dindingnya”.
Salmanpun puas dengan penjelasan tersebut, tunjangannya sebagai gubernur ialah empat ribu sampai enam ribu dirham dalam setahun, tapi hal tersebut langsung habis disedekahkan pada hari ia menerianya. Di sela waktu melayani keperluan umat, ia asyik menjalin dan mengayam daun kurma menjadi bakul atau keranjang, dan setelah selesai di jualnya ke pasar seharga tiga dirham, satu dirham diberikan daun kurma (untuk dibuat sebuah keranjang), satu dirham untuk menafkahi keluarganya dan satu dirham lagi disedekahkan.
Suatu ketika ada orang syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma, ia tanpak kesulitan sebab bebannya terlalu berat, ketika lewat seseorang yang tampak miskin dan kumuh, ia berkata “tolong bawakan barangku ini kerumahku, nanti aku beri kau upah”. Tanpa banyak bicara orang tersebut bersedia membantunya, mereka berjalan beriringan ke rumahnya, namun anehnya setiap kali bertemu dengan rombongan orang, orang yang membantunya itu memberikan salam dan menjawab juga kepada Salman, kami ucapkan salam. Bahkan terkadang salah seorang dari mereka menghampiri untuk mengambil alih memikulnya, tapi selalu salman tolak, ketika keherannya makin memuncak, ia sadar bahwa yang membantunya tersebut ialah gubernur madinah, yaitu Salman al-Farisi. Buru-buru ia meminta maaf dan akan mengambil alih pikulannya, tapi salman berkata “tidak usah, biarlah akan kuantarkan sampai ke rumahmu seperti apa yang kau niatkan”.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer